Pandangan Fethullah Gülen Tentang Generasi Yang Ideal Generasi Rahmatan Lil Alamin
ABSTRAK
Pembentukan sebuah generasi dan regenerasi bukanlah sebuah masalah pada masa kini saja, hal ini sudah menjadi permasalahan bersama sejak dahulu. Melalui sebuah proses regenerasi atau pembentukan generasi baru ini lah akan terlihat seperti apa penerus sebuah masyarakat di masa depan. Pada generasi baru lah beban kehidupan masa depan diletakkan. Proses pembentukan generasi baru ini diharapkan akan menghasilkan generasi yang ideal, yaitu generasi yang sesuai dengan yang dicita-citakan atau dikehendaki.
Banyak pemikir islam terdahulu sudah membahas tentang generasi Islam yang ideal, karena semua permasalahan dan pemahaman manusia bersumber kepada Al-Qur’an dan sunnah. Salah satu intelektual islam modern yang menguraikan tentang generasi ideal adalah Fethullah Gülen, Ulama modern Turki yang menguraikan pemahamannya melalui berbagai karyanya juga melalui pemberian teladannya kepada umat. Beliau menunjukkan pemikirannya tentang nilai dan posisi generasi ideal yang berkorelasi dan koheren dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Melalui pemikiran intelektual kontempomporer dan pendekatan modern ini lah penulis akan menjabarkan mengenai generasi ideal.
Melalui studi literatur terhadap karya Fethullah Gülen, makalah yang dibuat akan berisikan tentang generasi yang menjadikan dakwah sebagai tujuan hidupnya secara ikhlas, selalu memperbaharui ilmu pengetahuannya sehingga menjadi generasi yang cerdas, selalu berupaya menjadi teladan umat dan rela berkorban, rendah hati dan selalu menjaga empati dengan umat, mengedepankan rasa kasih sayang, mengedepankan toleransi, memiliki sikap optimis sebagai bentuk penerapan keimanan terhadap qadar, memiliki kemauan dan kehendak (Al-Iradat) sesuai dengan pandangan i’tibar. Maka dengan kriteria tersebut diharapkan terbentuknya sebuah generasi ideal yang senantiasa menjadi insan pembelajar, pencipta, pengabdi, dan selalu dalam jalan islam.
BAB I: PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pembentukan sebuah generasi dan regenerasi bukanlah sebuah masalah pada masa kini saja, hal ini sudah menjadi permasalahan bersama sejak dahulu. Melalui sebuah proses regenerasi atau pembentukan generasi baru ini lah akan terlihat seperti apa penerus sebuah masyarakat di masa depan. Pada generasi baru lah beban kehidupan masa depan diletakkan. Proses pembentukan generasi baru ini diharapkan akan menghasilkan generasi yang ideal, yaitu generasi yang sesuai dengan yang dicita-citakan atau dikehendaki.
Banyak pemikir islam terdahulu sudah membahas tentang generasi Islam yang ideal, karena semua permasalahan dan pemahaman manusia bersumber kepada Al-Qur’an dan sunnah. Salah satu intelektual islam modern yang menguraikan tentang generasi ideal adalah Fethullah Gülen, Ulama modern Turki yang menguraikan pemahamannya melalui berbagai karyanya juga melalui pemberian teladannya kepada umat. Beliau menunjukkan pemikirannya tentang nilai dan posisi generasi ideal yang berkorelasi dan koheren dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Melalui pemikiran intelektual kontempomporer dan pendekatan modern ini lah penulis akan menjabarkan mengenai generasi ideal.
Melihat arti penting dari sebuah generasi ideal yang akan menjadi sumber peradaban, maka penulis mengambil topik pandangan fethullah Gülen tentang generasi ideal.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah dengan topik pandangan fethullah Gülen tentang generasi ideal adalah agar hadirnya suatu rereferensi dan pemikiran pemikiran fethullah Gülen tentang generasi ideal secara tertulis. Manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah hadirnya suatu penggalian tentang generasi ideal dari pemikiran pemikiran ulama kontemporer Turki Fethullah Gülen.
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Generasi yang menjadikan dakwah sebagai tujuan hidupnya secara ikhlas
Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar merupakan tujuan utama dan termulia diciptakannya manusia. Karena itu, Allah ‘Azza wa Jalla sengaja menciptakan manusia sebagai khalifah di permukaan bumi ini, demi terwujudnya kekhalifahan. Para Nabi dan Rasul itu sengaja diutus untuk membawa misi dari sisi Allah SWT. Yang paling utama, yaitu amar ma’ruf nahi munkar. Misi para Rasul ini sejalan dengan tujuan utama diciptakannya manusia sebagai khalifah Allah di Bumi ini. Adakalanya kebaikan umat manusia telah mencapai tingkatan tertinggi, akan tetapi seiring berkembangnya waktu dan munculnya berbagai cobaan, tingkat kebaikan itu sedikit demi sedikit menurun. Bahkan, ada yang sampai titik sanubarinya mengeras seperti batu.
Perlu diketahui bahwa tugas amar ma’ruf nahi munkar bukan perkara mudah. Perlu diketahui pula, bahwa semua tantangan dan segala bentuk intimidasi yang harus dihadapi oleh para Nabi dan Rasul itu tidak terkecuali pula dialami pula sejak masa Nabi Allah Adam as.
Karena, setiap langkah yang dilalui oleh seseorang yang bersedia mengakkan amar ma’ruf nahi munkar akan diberi pahala seperti yang telah Allah berikan kepada para Rasul. Sebab, tugas mulia yang satu ini merupakan risalah yang diemban oleh para Rasul. Karena ia akan mendapatkan pahala sesuai dengan niat masing-masing. Dengan kata lain, setiap mukmin sebenarnya mendapat tugas untuk memenuhi kewajiban yang utama ini, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, agar keimanan di dasar sanubari masing-masing senantiasa terpelihara. Karena, ketika amalan dimaksud dengan keimanan seorang hamba sangatlah erat. Oleh karena itu, eksistensi setiap individu ataupun kelompok tidak akan pernah kekal, kecuali jika ia bersedia menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Sesungguhnya rahasia keberadaan seorang mukmin dan syarat kekalnya ia sebagai seorang mukmin adalah menjalankan perintah untuk menyuruh yang baik dan mencegah dari segala sesuatu yang bernilai munkar. Seorang mukmin tidak boleh diam saja apabila melihat suatu bentuk kemunkaran terjadi. Setiap mukmin hendaknya senantiasa menyandarkan dirinya kepada Allah Swt dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, serta memohon perlindungankepada Allah ‘Azza wa Jalla saat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar di tengah-tengah masyarakat. Setiap mukmin yang menjadikan iman dan dakwah sebagai sumber amalan di dalam kehidupannya, maka ia termasuk seorang yang menjaga lima perkara berikut ini, yaitu; agama, fungsi akal, keturunan, harta, dan jiwanya. Pada kaitannya dengan generasi saat ini, Rasulullah pernah bersabda yang berarti apabila kalian telah meremehkan keluarga dan keturunan kalian, sehingga mereka terpengaruh dengan berbagai bentuk kemunkararan yang ada disekitar mereka, maka pada waktu itulah kalian akan terkena dampak negatifnya. Pada waktu dimaksud kaum muslim sudah bersikap enggan untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Padahal perbuatan ini merupakan kewajiban yang berlaku umum bagi setiap mukmin. Cara jitu yang bisa dilakukan untuk menanggulanginya adalah hendaknya kita menegakkan kembali amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para nabi dan rasul lalu.
Jika suatu generasi tidak mempunyai qalbu yang ikhlas dan jujur, maka dakwah yang ia sampaikan tidak akan berguna sedikit pun bagi pendengarnya. Banyak Firman Allah Swt yang mengisyaratkan kepada kita bahwa para Rasul tidak berhara mendapatkan upah apa pun dari dakwah yang ia sampaikan kepada umat.
Tentunya, ia akan berperilaku dan bertutur kata yang menarik simpatik orang lain, sehingga ia dapat dijadikan contoh oleh mereka. Pada masa belakangan ini generasi ideal yang selalu menjadikan dakwah sebagai tujuan hidupnya harus mengisi sanubari, akal, dan pandangan hidupnya dengan semua tuntunan Al-Qur’an. Kalu tidak, maka orang lain akan menuduh mereka sebagai orang-orang yang suka berbohong. Mereka berjuang mati-matian untuk menciptakan kebahagiaan hidup orang lain. Merekalah orang-orang yang berjuang dengan ikhlas karena Allah semata. Apakah mereka bersikap tawadhu dan tidak berharap harta ataupun pujian dari orang lain? Juga apakah tutur kata mereka tidak bertentangan dengan perbuatan sehari-hari yang mereka lakukan. Karena perlu kita sadari, kedudukan dan kesenangan dunia ini hanya bersifat sementara. Sebaiknya kita lebih memilih pahala dari sisi Allah yang maha memberi, karena tujuan utama dari kehidupan kita adalah utnuk membimbing orang lain ke jalan yang benar, agar mencapai kebahagiaan di dunia ini maupun di akhirat kelak.
2.2 Selalu memperbaharui ilmu pengetahuannya sehingga menjadi generasi yang cerdas
Setiap generasi yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, disyaratkan harus mempunyai ilmu pengetahuan yang luas. Sebab, hubungan erat ilmu pengetahuan dengan cara berdakhw sangat erat. Arti ilmu adalah pengenalan seseorang kepada sang maha pencipta, kemudian mengenalkan sang pencipta kepada orang lain. “siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal tuhannya.” Setiap ilmu pasti mempunyai tujuan tersendiri, yaitu mendorong seseorang untuk mengenal dan mencintai Tuhannya. Karena, jika ilmu tidak mendorong seseorang untuk mencintai Tuhannya, maka ilmu itu tidak berguna baginya.Sebab, ilmu harus menjadi sumber kehidupan bagi jiwa dan perasaannya, maka ilmu yang tersedia pada dirinya sama sekali tidak berguna bagi dirinya.
“Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui degan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang-orang yang mau menggunakan akalnya yang dapat menerima pelajaran,” (QS al-Zumar [39]:9).”
Menurut bahasa al-Qur’an, ia bagai seekor keledai yang memikul sejumlah buku. Dengan kata lain, buku-buku yang meski mengandung banyak sekali ilmu pengetahuan itu pun menjadi tidak berguna bagi seekor keledai. Berbeda jauh dengan seorang yang rajin membaca ilmu pengetahuan, dan ilmu itu menyebabkan ia mengenal Allah.
Sesungguhnya, orang-orang yang ahli ibadah,namun tidak memahami atas ibadah yang selalu mereka lakukan, pada umumnya mereka mudah untuk disesatkan setiap waktu oleh merekayang tidak bertanggung jawab. Sebab, hubungan mereka dengan Allah tidak terlalu erat disebabkan ketidak mengertian mereka atas apa yang mereka lakukan. Kebanyakan dari mereka beribadah tanpa diikuti suatu pemahaman. Seorarang yang berilmu mempunyai keutamaan lebih dari orang-orang yang hanya ahli ibadah tanpa pemahaman. Siapa saja yang mempunyai ilmu, akan enggan mengajarkan kepada orang lain, maka ia pantas mendapat siksaan yang sangat berat dari sisi Allah Swt. Memiliki anugerah ilmu dan tugas mengajarkannya kepada orang lain, atau dengan kata lain berdakwah, merupakan sesuatu yang identik laksana dua sisi mata uang, bahwa seorang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya, dan sekaligus juga mengajarkannya kepada orang lain.
Jika suatu masyarakat Islam mengajarkan secara baik ajara islam, maka qalbu, akal, dan kehidupan mereka telah menyatu dalam kesempurnaan. Sehingga perbuatan mereka sesuai dengan fitrah kemanusiaan yang ada.Sebagai kesimpulan, bahwa ajaran Islam merupakan aturan yang Allah Swt tetapkan antara menyatukan ilmu dan pengamalan secara kongkrit. Diantara keduanya tersedia apa yang disebut sebagai keimanan. Ajaran agama Islam memerintahkan kepada umatnya untuk menghayati antara Islam, Iman, Ilmu, dan sekaligus pengamalannya.
Manusia sekarang mementingkan pemikiran, sehingga orang di luar Islam atau orang yang tidak beragama berbicara dengan atas nama ilmu dan pemahaman filsafat. Jadi, seorang yang tidak mengetahui perkembangan terkini di masanya, maka ia bagai seorang yang hidup di alam kegelapan. Sehingga ia tidak akan bisa menjadi generasi Islam yang seutuhnya. Sebuah generasi yang senantiasa mengikuti perkembangan masanya, akan menjadi generasi yang berhasil di dalam setiap langkahnya, termasuk dalam dakwahnya. Ketika sebuah generasi mengerti tentang yang berkaitan dengan astronomi, maka sanubarinya akan merasa semakin dekat kepada penciptanya. Sebab, ia akan memandang pengetahuan itu sebagai karunia Ilahi baginya. Sebenarnya, seluruh perintah yang datangnya dari sisi Allah tidak pernah bertentangan dengan kejadian alam semesta ini. Dengan mengetahui hikmah dari ilmu, suatu generasi dapat berjuang dan menjadi generasi muslim yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada pada masanya.
Sungguh sangat disayangkan, umat Islam terlanjur kecewa karena para generasi yang ada tidak mengenal ilmu modern yang berkembang di masa sekarang dan dirasa memiliki cara berpikir yang mengalami kemunduran. Sehingga generasi pembaharu dituntut untuk mempelajari serta menggali berbagai ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya, agar ia dapat menerangkan materi dakwahnya dengan cara-cara yang modern, yang dapat diterima oleh masyarakatnya.
Perlu untuk segera dipahami secara seksama, bahwa alam semesta dan segala apa yang terjadi di dalamnya merupakan bahasa yang mesti diapresiasi sesuai dengan kehendaknya. Oleh karena itu, setiap mukmin wajib mempelajari bahasa yang dimaksud, dan berpegang teguh pada setiap tunas yang berkembang di dalam perkembangannya. Jika tidak, maka ia tidak akan mengerti sedikit pun tentang firman Allah Swt yang mebicarakan perihal pengetahuan yang ada disekelilingnya,utamanya yang berkaitan dengan perkembangan ilmu modern seperti saat ini. Jika sebuah generasi tidak memahami rahasia perkembangan ilmu pengetahuan yang terus berjalan sesuai masanya, maka ia akan tersisih dari masyarakatnya
Sebagaimana lazimnya setiap guru yang akan membimbing manusia menuju jalan Allah Swt harus mempunyai bekal pengetahuan yang cukup, sesuai perkembangan masanya, untuk dapat menerangkan nilai nilai islam, terutama untuk generasi modern. Demikian pula seorang yang memberi fatwa kepada umat sebelum ia menyelidiki apa yang dibutuhkan umat pada waktu itu, maka ia bagaikan dokter yang salah meberi obat kepada pasiennya.
Jika ruhani generasi saat ini tidak berhasil dibina, sehingga masalah akhirat mereka menjadi terbengkalai maka pasti mereka juga tidak akan merasakan kenikmatan hidup yang di dalam prosesnya tengah dijalankan di alam dunia ini. Pemikiran mayoritas ulama Islam saat ini tidak melibatkan ruang bagi kemampuan menyentuh masalah yang bersifat modern, sehingga mereka tidak dapat berbicara secara leluasa dengan umat lain yang berada di belahan dunia yang berbeda. Meski sesungguhnya di hadapan kita tersedia kitab suci Al-Qur’an dan al-Sunnah yang mendorong akal manusia untuk berpikir. Karena apa saja yang diterangkan oleh Al-Qur’an tentang kejadian alam semesta telah diterangkan secara gamblang agar dapat dibaca oleh semua orang yang mau menggunakan akalnya.
Andaikata generasi islam dapat menyusun kembali pengetahuan yang mereka dapatkan dari pembelajaran yang selama ini mereka lakukan dan menyatukan akal dan qalbu mereka secara bersamaan, maka mungkin pada suatu hari nanti umat Islam akan menjadi pemimpin dunia. Karena mereka sadar, bahwa agama Islam dapat menjawab segala masalah dan tantangan yang ada di masa modern.
Hendaknya suatu generasi mengetahui masalah yang tengah meracuni pemikiran generasi Islam di abad ini. Kemudian ia membicarakan masalah yang berkaitan dengan perkembangan zaman yang terus berputar, agar pemikiran yang disampaikan fiterima oleh masyarakat Islam secara luas, dan pendapatnya masuk ke dalam qalbu serta pikiran mereka. Selain itu, generasi Islam yang cerdas juga hendaknya berpikir objektif, sehingga dapat menempatkan dirinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya.
2.3 Selalu berupaya menjadi teladan umat dan rela berkorban
Ibadah bukan merupakan suatu ritual yang rutin dilakukan semata, akan tetapi lebih mencakup kepada segala aspek dalam kehidupan ini. Dalam pengertian, membentuk kepribadian setiap individu masyarakat sesuai ajaran Islam pada keseharian mereka. Suatu generasi dikatakan baik bila perilakunya dalam segala aspek hidupnya bukan hanya sekedar penampilan luarnya saja. Sebab, kerusakan moral telah melanda dimana-mana,. Serbuk kehancuran moral itu pertama menyerangsatu orang, kemudian menular kepada orang lain, hingga merata ke seluruh lapisan masyarakat. Seharusnya, kemana pun suatu generasi pergi, ia harus memerhatikan misi yang ia bawa, kemudian ia terapkan dalam gerak-geriknya. Ia mesti menjalankan kebutuhan hidupnya sesuai penerapan misi ajaran yang ia bawa dan diterapkan serta dilakukan secara simultan. Kemana pun ia pergi akan selalu membawa manfaat. Berbeda dengan mereka yang bertolak belakang antara perbuatan dan ucapannya. Mereka menyesatkan banyak orang yang mengekor kepada apa yang mereka sampaikan, sehingga semuanya terjatuh dalam lembah yang sama, kebinasaan.
Banyak sekali di era modern ini yang mencoba mengupas pemikiran Islami dalam bentuk kupasan akademis, sehingga menghasilkan beberapa prinsip utama. Akan tetapi, semua itu menjadi mentah kembali lantaran mereka tidak hidup di atas landasan prinsip yang mereka tetapkan. Semua itu tidak akan pernah bisa memberi pengaruh apabila jiwa mereka kosong dari keimanan, dan ucapan mereka hanya berputar-putar dari rongga mulut sampai tenggorokan saja.
Pondasi yang dipakai sangat rapuh, begitu terkena embusan angin,maka akan langsung runtuh hingga tidak tersisa. Pada akhirnya, prinsip mereka itu habis terkikis oleh pengaruh zaman, dan yang lebih mengenaskan lagi mereka menyapu habis generasi yang mengikuti apa yang telah mereka sampaikan.
Sebagai sebuah generasi Islam, hendaknya bersungguh-sungguh untuk mengagungkan Allah dan segala syiar-syiarnya,karena hal itu menunjukkan bahwa ia sangat ikhlas. Rasulullah adalah sosok yang rela berkorban dan tidak pernah membedakan umatnya, Rasulullah tidak pernah membatasi dakwahnya hanya untuk orang-orang pandai atau kaum elit saja. Beliau selalu berdakwah kepada semua orang.
Ketika Rasulullah Saw telah menyebarkan agamanya di Mekah, maka beliau memberi pemahaman tentang jiwa pengorbanan dan menanamkannya di hati setiap sahabatnya. Ia senantiasa rela berkorban apa saja yang ia miliki demi membelaagama. Sedikit pun ia tidak pernah berharap imbalan apapun dari pengorbanannya. Karena itu, setiap dari generasi Islam harus mempunyai jiwa dan pengorbanan yang luar biasa. Mereka merasa bahwa untuk tegaknya amar ma’ruf nahi munkar, mereka senantiasa rela mengorbankan apa yang mereka miliki, sehingga mereka diberi Allah pertolongan kesuksesan dalam hidup beragama Islam yang baik.
2.4 Rendah hati dan selalu menjaga empati dengan umat
Kalau hubungan sesama hanya di dasari kepentingan pribadi saja pasti yang ada adalah kesombongan dan kelalaian saja. Sosok yang rendah hati ini akan menyelesaikantugasnya di akhir nanti saat ia mulai pertama dulu. Hidupnya selalu dipenuhi kerendahan hati, meskipun dunia bergolak dengan penuh kemewahannya. Bahkan kalauu pun semua orang bertikarkan bintang-bintang yang gemerlap, ia tetap tertunduk kepada Tuhannya sampai saat menghadap kepadaNya. Sosok semacam ini tidak pernah menunjukkan perilaku yang tidak baik darinya. Merekalah para penuntun kaliber yang bisa memikat ribuan orang untuk mengikuti jalan mereka, sehingga tersebarlah keharuman nama mereka di tengah masyarakat yang menghasilkan generasi yang bernafaskan Islam. Ia selalu merendahkan hati tanpa unsur kepentingan pribadi, pandangan matanya syahdu dan ucapannya menyejukkan hati, dan kalangan sekitarnya merasa nyaman dan bangga berada di dekatnya.
Jika mereka yang menyombongkan dirinya mengetahui bahwa bukan kekayaan yang dapat menyadarkan orang-orang yang sesat kembali ke jalan yang benar. Tetapi kebaikan perilaku dan tutur kata suatu generasi itulah yang akan dikenang sepanjang masa oleh para pendengarnya, karena kekayaan seorang dan kedudukannya akan ditinggal setelah ia mati.
Begitu pun dengan Rasulullah Saw, di hari penaklukan kota Mekah beliau masukdengan menundukkan kepala dan rasa malu kepada Allah. Inilah tanda orang yang selalu bersyukur kepada Tuhannya.
Hendaknya setiap generasi muslim mempunyai perasaan prihatin ketika melihat kesesatan dan pembangkangan umat terhadap agama Allah. Dengan perasaan itu, maka hatinya akan tergerak untuk membimbing ke jalan yang lurus, seperti yang dirasakan oleh Rasulullah Saw ketika melihat kaumnya tersesat. Bahkan Rasulullah Saw sangat gusar dan menghawatirkan keselamatan umatnya ketika mereka menentang ajaran Islam.
Generasi ideal sebaiknyaharus selalu menjaga empati, karena dengan demikian generasi penerus akan mengedepankan rasa kasih sayang dan saling memahami sehingga lahirnya keharmonisan dan rasa saling peduli.
Pada Generasi modern ini, untuk melahirkan generasi yang kuat, dan bernafaskan Islam secara makna yang sesungguhnya diperlukan suatu pendekatan emosional yang kuat dengan menjaga empati, memberi teladan, sehingga lingkungan akan merasa terpanggil dan tercipta keharmonisan, generasi ideal, dan masyarakat madani.
2.5 Mengedepankan rasa kasih saying
Islam merupakan agama Rahmatan lil alamin, rahmat bagi sekalian alam. Suatu Generasi ideal seharusnya merupakan pejuang yang mengembangkan kasih sayang kepada segala sesuatu. Dia tidak akan menggunakan cara-cara yang keliru untuk semua aspek dalam hidupnya, termasuk dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, misalnya menggunakan kekerasan, kekuatan, dan paksaan. Untuk menerangkan keimanan kepada orang lain dan dalam berkehidupan dibutuhkan sikap kasih sayang, toleransi, dan kesabaran. Bila ini yang dilakukan maka keimanan dapat tumbuh subur di hati setiap orang yang mendengar nasihat baiknya. Dengan membangun toleransi, empati, dan kesabaran, maka akan ada ketertarikan dan simpati sehingga umat akan merasa terpanggil, memiliki rasa tanggung jawab, dan tidak hanya melakukan apa yang dilakukan untuk diri sendiri.
Sebagai khalifah di permukaan bumi ini, manusia merupakan pemimpin yang seharusnya menyebar manfaat dan kasih sayang dimana pun ia berada. Dalam setiap gerak gerik dan segala aspek kehidupannya selalu dilandaskan atas rasa cinta dan kasih sayang, kepada Tuhannya dan kepada umat, bukan dilandaskan atas kebencian. Karena dengan kasih sayang, Generasi muslim ini dapat menjadi generasi ideal dan selalu diterima dimana pun ia berada, karena cinta dan kasih sayang merupakan nilai nilai universal yang akan selalu diterima di mana pun sesuai ajaran Islam yang ada dalam tuntunan Al-Qur’an dan al-Sunnah.
Sikap kasih sayang dengan keluwesan dan santai yang diperankan oleh pribadi Rasulullah Saw menjadikan dakwah beliau dapat diterima orang banyak dalam waktu yang sungguh singkat. Dalam salah satu sabdanya beliau menyebutkan sebagai berikut, “Aku bagi kalian adalah bagai seorang ayah.” Bagaimana tidak karena sejak mudanya beliau sudah bersikap penuh kasih sayang kepada setiap umatnya. Karena hanya dengan sikap itu beliau dapat menarik simpatik orang lain untuk mencintai dan mengikuti segala petunjukyang beliau sarankan. Hal ini menuntut hati nurani terpanggil untuk bergerak. Salah satu kutipan dari Fethullah Gülen, “kini aku menyeru seperti pemuda diberi cahaya iman oleh Allah bahwa banyak kaula muda yang perlu diselamatkan dari kesesatan mereka dengan kasih sayang yang luar biasa, agar nasihat baik yang kita sampaikan kepada mereka dapat bersemayam kuat di hati mereka.”
2.6 Mengedepankan toleransi
Hendaknya Generasi muslim mempunyai sifat toleransi, lapang dada, dan luas pandangan, namun pada saat yang bersamaan ia harus tetap memegang teguh prinsipnya, yaitu ajaran Islam. Pada era modern ini sering ditemukan pembahasan mengenai pluralisme, dimana sebetulnya didalam Islam hal ini sudah diatur dalam Al-Qur’an dal al-Sunnah. Dimana pada kedua sumber ini dijelaskan secara gamblang tentang berkehidupan yang harmonis dan arti sesungguhnya dari pluralisme teologis dan pluralisme sosiologis. Karena dengan mengerti arti sesungguhnya dari pluralisme teologis dan sosiologis, akan terwujud generasi ideal yang hidup secara berdampingan, harmonis, dan generasi yang terus berdakwah serta senantiasa menyebar manfaat.
Rasulullah Saw pernah memberikan contoh pada saat memaafkan kejahatan yang pernah dilakukan oleh penduduk kota makkah terhadap beliau dan para sahabatnya tanpa perasaan dendam. Karena beliau memahami dan menerapkan nilai-nilai toleransi, lapang dada, dan pemaaf yang sesungguhnya.
2.7 Memiliki sikap optimis sebagai bentuk penerapan keimanan terhadap qadar
Sikap optimis adalah hal yang wajib dimiliki oleh setiap generasi muslim yang berharap menjadi generasi muslim ideal. Dimana memiliki keyakinan dan usaha yang kuat dalam setiap langkah demi langkah yang dilakukan dalam segala aspek kehidupan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pembahasan mengenai takdir. Hal ini juga sudah dijelaskan dalam firman Allah Swt berikut:
“Apa saja nikmat yang kalian peroleh adalah dari sisi Allah. Dan apa saja bencana yang menimpa kalian, maka merupakan akaibat dari kesalahan diri kalian sendiri,” (QS Al-Nisa [4]:79).
Sesungguhnya seorang yang mengetahui masalah takdir dengan baik dan sekaligus dapat menangani setiap rahasia yang terdapat di dalam qalbunya, meskipun harus ditempuh setahap demi setahap, adalah seperti seorang yang berhasil menangani segala kesulitannya. Dan, biasanya ia akan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah Swt. Ia akan beranggapan, bahwa kebaikan ataupun keburukan yang telah maupun akan ia lakukan termasuk bagian dari rangkaian takdir serta ketetapan Allah swt. Sebab, manusia tidak dapat menetapkan hasil atas perbuatan baik yang pernah ia lakukan sedikit pun untuk dirinya. Sehingga ia tidak akan pernah menolak untuk bertanggung jawab atas segala bentuk keburukan yang pernah ia lakukan, dan ia tidak akan merasa bangga dengan segala jenis kebaikan yang ia pernah kerjakan. Karena pada dasarnya nafsu amarah selalu mengajak seseorang untuk melakukan keburukan. Oleh karena itu, setiap generasi muslim harus mensyukuri dan merendahkan dirinya kepada Allah Swt, bukan justru membanggakan dirinya karena ia telah berbuat kebaikan.
Segala perbuatan dosa yang pernah kita lakukan, maka kita sendirilah yang telah memilihnya. Sebab, Allah Swt hanya memberi sarana maupun prasarananya bagi kita untuk melakukan tindakan yang bernilai dosa tersebut, meskipun sesungguhnya Dia telah melarang kita untuk melakukan setiap perbuatan dosa, apa pun bentuknya.
Sedikit pun tidak ada pertentangan antara takdir dengan kemauan seseorang. Bahkan antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Sehingga sikap optimisme wajib ada pada diri suatu generasi ideal. Maka, apa pun yang terjadi, semuanya sesuai dengan takdir yang datangnya dari sisi Allah Swt. Dan dari segi yang lain hanyalah merupakan dukungan semata bagi kemauan seseorang. Setiap orang yang melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan itu menunjukkan bahwa ia mempunyai kemauan tertentu atas apa yang sudah serta akan dilakukannya. Dengan kata lain, jika seseorang mempunyai kemauan apa pun, maka kemauannya itu tidak bertentangan dengan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah Swt atas diri maupun pilihan yang dilakukannya. Karenanya, Dia menakdirkan segala sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh setiap orang. Yaitu, ketetapan takdir tidak akan pernah menghalangi seseorang dari melakukan kemauannya. Maka, generasi penerus yang ideal merupakan generasi yang memiliki sikap optimis, yang memiliki kemauan kuat, kerja keras dan pantang menyerah dengan selalu menyerahkan dirinya kepada Allah Swt dalam setiap langkah hidupnya.
2.8 Memiliki kemauan dan kehendak (Al-Iradat) sesuai dengan pandangan i’tibar
Iradat, meskipun ada, ia bukan sesuatu yang diciptakan Allah Swt. Ia hanya ada secara ilmu Allah, dan ia bukan merupakan makhlukNya. Jadi, apa saja yang dilakukan oleh seseorang, maka Allah Swt hanya menyediakan anggota tubuh yang akan melakukan keinginan yang dimaksud. Oleh karena itu, iradat manusia mempunyai fungsi yang sangat penting, karena berhubungan dengan perbuatan seseorang. Meskipun kehendak kita tidak mempunyai fungsi apa pun, akan tetapi karena Allah Swt yang telah menciptakan seluruh perbuatan kita, maka atas izinNya pula kita melakukan perbuatan itu, sesuai dengan perencanaan yang kita buat. Jadi, semua kembali kepada kehendak Allah Swt, meskipun kehendak manusia akan dibantu oleh Allah melalui perwujudan ciptaannya. Sebaiknya suatu generasi memiliki pemahaman bahwa Allah Swt adalah pencipta segala perbuatan manusia. Sedangkan yang meminta kemampuan untuk berbuat sesuatu adalah manusia. Oleh karena itu, segala perbuatan yang baik maupun buruk akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Swt atas diri pelakunya.
Pada dasarnya, setiap manusia yang kemauannya sesuai dengan i’tibar mendapatkan petunjuk berupa hidayah dari Allah Swt. Petunjuk semacam itu terkait erat dengan kemauan manusia untuk menerima petunjuk atau hidayahNya. Allah Swt hanya menjadikan berbagai sarana untuk manusia mau menerima petunjuk dari sisiNya. Akan tetapi, mau atau tidaknya manusia tersebut sangat bergantung kepada kehendak manusia itu sendiri.
Lazimnya manusia menghendaki sesuatu, dan Allah Swt yang menciptakan segala sesuatu yang dikehendaki oleh manusia itu. Meskipun takdir manusia untuk mendapatkan pahala itu sangat terbatas, akan tetapi ia mempunyai kekuatan lahir untuk berbuat segala macam dosa dan keburukan. Sebab, keduanya merupakan sesuatu yang bersifat sangat buruk, namun banyak digemari manusia. Alhasil, manusia harus berusaha selalu untuk mendapatkan hidayah yang baik dari sisi Allah Swt, agar dapat melakukan sesuatu yang baik pula di dalam kehidupan ini. Jika ditinjau dari segi ini, maka setiap manusia wajib selalu berharap untuk mendapatkan petunjuk Allah Swt, agar dapat melakukan segala perbuatan yang baik sesuai dengan apa yang diridhaiNya. Sehingga hidayah yang Allah Swt berikan ini dapat menjadi penyelaras dan suatu penghubung antara kehendak (al-iradat) dari manusia dengan pandangan i’tibar.
BAB III- KESIMPULAN
Generasi Ideal merupakan generasi yang menjadikan dakwah sebagai tujuan hidupnya secara ikhlas, selalu memperbaharui ilmu pengetahuannya sehingga menjadi generasi yang cerdas, selalu berupaya menjadi teladan umat dan rela berkorban, rendah hati dan selalu menjaga empati dengan umat, mengedepankan rasa kasih sayang, mengedepankan toleransi, memiliki sikap optimis sebagai bentuk penerapan keimanan terhadap qadar, memiliki kemauan dan kehendak (Al-Iradat) sesuai dengan pandangan i’tibar. Maka dengan kriteria tersebut diharapkan terbentuknya sebuah generasi ideal yang senantiasa menjadi insan pembelajar, pencipta, pengabdi, dan selalu dalam jalan islam.
- Dibuat oleh