Bagaimana Malaikat Izrail seorang diri mencabut nyawa sejumlah orang yang mati dalam waktu bersamaan?
Dalam pertanyaan di atas kita melihat bagaimana ukuran dan standar manusia menipu manusia. Di samping tindakan menyerupakan malaikat dengan manusia adalah kesalahan, meneliti pengaruh dan tugas ruh di dalam tubuh juga kesalahan. Karena itu, jawaban terhadap pertanyaan tersebut tidak bisa diberikan sebelum terlebih dahulu menjelaskan kesalahan terminologis yang terkandung. Artinya, pertama-tama harus diketahui titik kesalahan pertanyaan di atas barulah kemudian menjawabnya.
Karena malaikat berasal dari dunia yang berbeda, tabiat, sifat, dan tugas-tugasnya juga sangat berbeda dengan dunia kita. Karena itu, adalah keliru jika kita memberikan penilaian tanpa melihat dunianya secara khusus serta tanpa memikirkan karakteristik dan tugasnya. Karenanya, pengetahuan tentang hal ini harus dipahami terlebih dahulu.
Kata malaikat berasal dari kata al-malk yang berarti kekuatan atau al-malak yang berarti utusan. Dari derivasi pertama, malaikat berarti makhluk yang sangat kuat, sementara dari derivasi kedua, malaikat berarti utusan yang menyampaikan perintah-perintah Allah Swt. Sifat-sifat istimewa tersebut terdapat pada seluruh malaikat Allah,. terutama pada malaikat yang diberi tugas menyampaikan wahyu Ilahi. Makhluk mulia ini, mulai dari malaikat pengawas kehidupan dan kematian sampai malaikat pemikul arasy dan malaikat yang berada di hadirat Ilahi bertugas menyaksikan seluruh makhluk Allah Swt. berikut semua urusannya.
Semua perbuatan, mulai dari alam yang besar (kosmos) hingga alam yang kecil (atom), serta setiap perubahan dan konstruksi berlangsung di bawah pengawasan dan pengamatan makhluk istimewa dan mulia ini. Sebagaimana entitas yang kuat dan amanah ini menyampaikan berbagai syariat dan perintah Ilahi yang bersumber dari sifat kalam Tuhan, ketika kita melihat mereka melakukan tugas-tugas yang mencengangkan dan global seperti mengawasi gaya tarik dan gaya tolak pada tingkat alam kosmik hingga gerakan elektron di seputar inti atom, kita pun tahu betapa kuat dan amanahnya mereka.
Tugas dan peran para malaikat sangat banyak dan beragam. Tidak mungkin sebuah peristiwa terjadi di luar tugas mereka. Setetes hujan tidak turun dan kilat tidak akan berkelebat tanpa peran malaikat. Artinya, semua hukum alam dan kejadian berlangsung lewat perantaraan mereka. Semuanya sesuai dengan potensi dan kemampuan yang Allah Swt. berikan kepada mereka. Lewat perantaraan mereka pula, ilham dan wahyu dikirimkan untuk mengarahkan, menata, dan meluruskan perilaku manusia yang merupakan makhluk terbaik Allah.
Jadi, dengan melihat kemampuan dan kekuatan besar yang diberikan kepada mereka untuk melaksanakan tugas sebagai perantara antara Khalik dan makhluk serta untuk melakukan berbagai tugas penting, mulai dari atom hingga gugusan bintang, juga dengan melihat kondisi mereka yang dipersiapkan dengan kemampuan dan kekuatan malakûti[1] untuk memenuhi berbagai tugas, menyerupakan malaikat dengan manusia serta menyangka bahwa ikatan dan keterbatasan yang ada pada manusia juga berlaku pada mereka adalah persepsi dan cara berpikir yang bodoh dan menyimpang.
Ya. Seandainya malaikat membawa fisik material seperti tubuh manusia yang mudah penat, seandainya perjalanan waktu mengendalikan mereka dan berlaku atas mereka sebagaimana berlaku atas makhluk lainnya, dapat dibenarkanlah kalau kita mempergunakan ukuran manusia terhadap mereka. Namun, ada banyak perbedaan yang tidak mungkin diperbandingkan antara keduanya, karena keduanya adalah dua alam yang berbeda.
Selanjutnya, malaikat juga berbeda dengan manusia dari sisi penciptaan. Perbedaan ini bersumber dari lingkup peran dan tugas mereka yang luas. Tabiat cahaya yang melingkupi penciptaan mereka membuat mereka jauh lebih leluasa dalam melakukan aksi dan pergerakan. Karena itu, mereka memiliki kemampuan memantul dengan cepat dalam satu waktu terhadap banyak nyawa serta pada saat yang sama memiliki kemampuan menyaksikan lewat sejumlah mata. Satu malaikat bisa berwujud dalam beragam bentuk. Sebuah hadis yang diriwayatkan Aisyah r.a. dari Rasulullah saw. menyatakan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya sehingga memiliki karakteristik cahaya.
Setiap substansi yang memiliki cahaya—seperti matahari—bisa muncul di banyak tempat lewat pantulannya pada setiap substansi yang bening, dan bisa masuk ke dalam setiap mata. Malaikat yang memiliki sifat dan karakteristik cahaya dalam saat bersamaan bisa berinteraksi dengan ribuan ruh dan nyawa.
Perlu diketahui bahwa malaikat yang memiliki substansi ringan dan halus sangat berbeda dengan benda yang mempunyai fisik dan tebal seperti matahari. Malaikat memiliki kemampuan berubah bentuk. Mereka bisa tampil dalam banyak bentuk dalam waktu yang sama. Kemampuan berubah bentuk semacam itu telah sangat dikenal oleh kaum agawaman sejak lama, bahkan sekarang telah menjadi bahasan yang menyebar luas dan dikenal oleh kalangan aristokrat kaya pada tingkat yang menjadikannya sebuah kepastian seperti kesimpulan pasti yang didapat dari berbagai percobaan.
Setiap hari koran dan majalah menyebarkan berita tentang fenomena spiritual aneh yang disebut dengan ‘manusia serupaan’. Misalnya ada berita tentang terlihatnya manusia di tempat yang jauh dari tempat ia tinggal serta bagaimana ia memperlihatkan berbagai kemampuan yang sangat menakjubkan dan luar biasa. Bagaimanapun juga, makhluk halus seperti ruh memang memiliki potensi gerak yang lebih banyak dan kemampuan yang lebih besar daripada substansi yang bertubuh fisik. Ia lebih mampu bergerak dan berpindah dalam wilayah yang lebih luas daripada manusia biasa. Aksi dan pergerakan yang melampaui batas materi fisik menunjukkan bahwa aktivitas makhluk halus lebih besar daripada manusia biasa, sebagaimana dalam hal ini malaikat memiliki kemampuan yang lebih besar daripada ruh. Ini menunjukkan bahwa malaikat berada di luar hukum-hukum yang berlaku di dunia kita.
Fenomena penampakan malaikat dan ruh telah dikenal sejak lama. Para rohaniwan, terutama para nabi, telah menerangkan bagaimana mereka menyaksikannya. Jibril a.s. tampak dalam wujud yang beragam sesuai dengan momen kemunculannya. Apabila terkait dengan tugasnya sebagai utusan dan penyampai wahyu, ia tampil sesuai dengan tugas tersebut. Apabila muncul di tengah peperangan, ia tampil sebagai pasukan perang. Ini beberapa contoh penampakan. Penampakan berlaku pada semua malaikat secara umum, terutama pada Jibril a.s. yang pernah tampil dalam rupa sahabat bernama Dihyah al-Kalbi.[2] Malaikat lain yang tidak dikenal namanya tampak dalam Perang Uhud tampak dalam bentuk Sahabat Mush’ab ibn Umair r.a. yang berperang membela Rasul saw. dalam situasi perang paling sulit hingga petang. Ada pula para malaikat yang berwujud Zubair ibn Awwam r.a. dalam Perang Badar dan mereka menguatkan semangat kaum mukmin.
Masih banyak contoh lain yang tidak terhitung tentang hubungan yang terjalin antara para wali Allah dan makhluk di alam lain. Adapun hubungan yang terwujud lewat mimpi adalah sesuatu yang tidak bisa dipungkiri. Ia telah dikenal secara luas bahkan oleh masyarakat awam sekalipun. Nyaris setiap orang pernah melihat datangnya ruh yang ia kenal dan menunjukkan jalan baginya dalam mimpi. Sayangnya, sebagian orang masih beranggapan bahwa mimpi hanyalah aktivitas bawah sadar. Dengan kata lain, mereka menolaknya dengan sangat keras. Sungguh sangat bodoh!
Mereka yang menginginkan penjelasan rinci tentang malaikat berikut penampakannya dapat membaca beberapa referensi dan rujukan terkait. Sebagai kesimpulan, kita bisa mengatakan bahwa sebagaimana bayangan segala sesuatu tampak pada cermin, malaikat juga bisa tampak pada segala sesuatu yang menjadi cermin baginya. Malaikat tidak hanya tampak dalam satu bentuk seperti halnya substansi bermateri fisik, melainkan ia tampak dengan dengan seluruh sifat dan keunikannya.
Dalam hal ini tidak masalah kalau ruh dan malaikat berjumlah satu atau tunggal. Sebab, ia bisa memantul dari tempatnya seperti sinar hingga sampai ke tempat yang ia inginkan dan melakukan tugas yang ia kehendaki. Tidak ada yang menghalanginya, baik itu jarak yang jauh maupun jumlah yang mereka tuju. Sebagaimana matahari yang, meskipun hanya satu, bisa sampai ke tempat yang di sana terdapat cermin yang memantulkan cahayanya, demikian pulalah malaikat. Sebagai makhluk yang berasal dari cahaya, mereka bisa muncul di semua tempat dan melakukan tugasnya, entah meniupkan ruh atau mencabut nyawa.
Selanjutnya, Allah-lah yang sebenarnya mencabut nyawa. Malaikat Izrail a.s. hanyalah sebatas pengawas dan hijab. Allah Swt. yang hadir dan melihat setiap tempat dapat melakukan sesuatu yang tidak terbayangkan oleh akal manusia. Dalam saat bersamaan, Dia bisa menciptakan atau mematikan miliaran makhluk. Ini adalah kemampuan tak terhingga yang mengetahui dan menyaksikan segala sesuatu pada waktu yang sama. Ini tentu saja merupakan pengetahuan tak terbatas yang tidak bisa dibayangkan oleh akal manusia. Dia dapat melihat setiap atom di alam ini sekaligus mampu melakukan berbagai perbuatan sebanyak jumlah atom pada waktu bersamaan. Dia mampu mencabut nyawa semua orang sekaligus.
Entah Allah yang mencabut nyawa atau Malaikat Izrail, namun yang jelas apabila ajal manusia telah tiba, ia akan didatangi untuk dicabut nyawanya. Agar lebih dapat dipahami, aku akan memberikan contoh berikut. Marilah kita melihat kondisi ribuan pesawat radio dan penerima sinyal yang bekerja dalam frekuensi tertentu. Apabila kita menekan tombol transmisi yang bekerja pada frekuensi itu, terdengarlah isyarat dan bunyi kode morse di seluruh pesawat radio dalam waktu bersamaan. Demikianlah seluruh makhluk dengan seluruh kelemahan dan kepapaannya di hadapan Sang Pemilik kekuasaan dan kemuliaan. Ketika tiba saat yang dijanjikan, baik penciptaan maupun pencabutan nyawa, ruh seluruh makhluk akan merasakan isyarat tertentu. Jika manusia yang lemah saja, hanya dengan menekan sebuah tombol, mampu memberikan pengaruh kepada sejumlah pesawat yang jauhnya ribuan kilometer, bagaimana mungkin Sang Pemilik kekuasaan yang jauh dari segala kekurangan tidak mampu berbuat sesuatu kepada ruh dan jiwa kita, sementara manusia hanyalah sebuah perangkat hidup? Bagaimana mungkin Dia tidak mampu meniupkan ruh atau mencabutnya kapan pun Dia mau?
Apabila kita memahami hal ini, ada beberapa pandangan dan pendapat berbeda mengenai pencabutan nyawa:
1. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Allahlah yang meniupkan ruh dan mencabut nyawa, sementara Malaikat Izrail hanyalah perantara, hijab, dan pengawas.
2. Allah menyerahkan urusan mencabut nyawa kepada Malaikat Izrâ`ail a.s. dan memberinya izin. Kami telah mengemukakan beberapa contoh bahwa Zat Yang Maha Esa dan Maha Penguasa dapat melakukan sendiri pekerjaan tersebut.
3. Sejumlah malaikat memimpin para malaikat lain yang diberi tugas terkait dengan alam ini di samping mengawasinya. Karena itu, sejumlah malaikat bekerja di bawah pimpinan Izrail serta membantunya dalam tugas mencabut nyawa. Para malaikat itu terdiri dari beberapa kelompok. Ada yang bertugas mencabut nyawa orang mukmin secara mudah tanpa sakit. Ada yang bertugas mencabut nyawa orang berdosa dengan cara yang menyakitkan. Serta, ada yang segera membawa ruh itu ke haribaan Tuhannya. Allah Swt. berfirman, “Demi malaikat yang mencabut nyawa dengan keras. Dan malaikat yang mencabut nyawa dengan lemah lembut. Dan malaikat yang turun dari langit dengan cepat. Dan malaikat yang mendahului dengan segera. Serta malaikat yang mengatur urusan dunia.”[3] Karena itu, terdapat sejumlah malaikat yang mencabut nyawa. Mereka semua bekerja di bawah perintah Izrail a.s. Malaikat Izrail sendiri atas perintah Allah mengirimkan malaikat yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi orang akan mati yang juga berbeda-beda, celaka atau bahagia.
Karena itu, sebagai jawaban atas pertanyaan di atas kita bisa mengatakan bahwa sejak semula ada kesalahan dalam pemahaman. Yakni, salah ketika menyamakan malaikat dengan manusia padahal malaikat sama sekali tidak sama dengan manusia, baik dari sisi penciptaan maupun dari sisi sifat. Juga, amal dan tugas keduanya sangat berbeda. Malaikat—seperti halnya ruh manusia—bisa tampak dalam waktu bersamaan di banyak tempat. Pada waktu itu pula ia bisa berinteraksi dengan banyak hal. Zaman sekarang ini, banyak dijumpai praktik-praktik mendatangkan ruh, menjalin kontak dengan makhluk supranatural, hipnotis, spiritualisme, serta berbagai aktivitas metafisika lain yang menunjukkan adanya hukum-hukum lain.
Semua itu saat ini demikian merebak hingga menjadi sesuatu yang sangat diyakini. Karena itu, para malaikat yang dapat menyerupai berbagai entitas tentu dapat melakukan tugastugas yang jauh melebihi entitas-entitas itu, terutama tugas mencabut nyawa. Dalam aktivitas ini, makhluk hidup yang ajalnya telah tiba berada dalam kondisi siap dan sama bimbangnya dengan para malaikat. Selanjutnya, mereka yang diberi tugas ini tidak hanya satu tetapi banyak hingga tak terhitung. Kendati demikian, kalaupun hanya satu malaikat yang diutus untuk mencabut nyawa siapa pun, hal itu tidaklah sulit. Wa Allâh a’lam.
[1] Yang mengacu kepada esensi asli dan hakiki segala sesuatu, yaitu alam tempat rahasia dan kekuasaan Ilahi berlangsung dalam keputusan-Nya yang mutlak.
[2] Siyar A’lâm al-Nubalâ’, II, /h. 533.
[3] Q.S. al-Nâzi’ât: 1-5.
- Dibuat oleh