Kinerja Hizmet di Sektor Pendidikan
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Peranan pendidikan dalam kehidupan sangat penting. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Salah satu tokoh pendidikan terkemuka dari Turki adalah Fethullah Gülen.
Fethullah Gülen merupakan pemikir asal Turki yang mengembangkan konsep pendidikan berbasis pada moral. Model pendidikan yang digagas oleh Fethullah Gülen mengintegrasikan antara hati dan pikiran yang mewakili martabat manusia sebagaimana tercermin dalam konsep moral, kebajikan, cinta, keadilan, dan kebaikan. Kontribusi Fethullah Gülen tak hanya dalam pemikiran, Gülen juga mengembangkanya dalam bentuk lembaga pendidikan. Hingga kini kira-kira terdapat 500 institusi pendidikan yang menggunakan model pendidikan Fethullah Gülen. Lembaga-lembaga tersebut tersebar di 90 negara, dari benua Eropa, Asia, Afrika, hingga Amerika. Gülen mendukung Islam moderat yang berakar pada kehidupan modern, ajaran-ajaran, serta tulisan-tulisannya telah termotivasi dan terinspirasi oleh banyak orang di Turki yang telah mendedikasikan waktu dan uang mereka kepada kelompok-kelompok yang aktif dalam hal penerbitan, amal, dan kegiatan pendidikan di seluruh dunia (Said 2006).
Salah satu tujuan utama dari Gülen adalah untuk mencapai nilai-nilai universal dan ia percaya hal ini menjadi penting untuk pengalaman manusia. Fethullah Gülen percaya bahwa pendidikan, cinta, saling menghormati, dan filantropi adalah satu-satunya pendekatan untuk membangun perdamaian dan harmoni di antara umat manusia. Jadi, salah satu faktor penting dalam meminimalkan konflik adalah menghormati umat manusia. Ini hanya dapat dicapai melalui informasi, interaksi, dan saling pengertian. Oleh karena itu, Gülen pertama menyebarkan filsafat pendidikan di Turki dan dia ingin para pendukungnya untuk mengajarkan dan mengaplikasikan ke daerah lain di seluruh dunia. Bagi Gülen, sekolah harus menjadi salah satu tempat untuk mendapatkan cinta, belas kasih, dan pengajaran secara sepenuh hati melalui contoh dengan referensi khusus untuk memberikan nilai-nilai kemanusiaan serta moral yang baik bagi pelajar. Bagi Gülen, solusi untuk memerangi kebodohan adalah melalui pendidikan, sedangkan untuk mengakhiri kemiskinan dan perpecahan adalah melalui dialog, saling pengertian, dan kerjasama (Aymaz 2009).
Gülen percaya bahwa ketidaktahuan adalah musuh publik, dan dalam rangka untuk meminimalkan masalah ini, ia menyarankan orang-orang di sekitarnya untuk membuka sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan yang didirikan pada ilmu pengetahuan modern yang mengedepankan akhlak dan moralitas. Gülen percaya bahwa sistem pendidikan yang ada di Turki tidak menawarkan pengetahuan dan nilai-nilai untuk pengembangan holistik setiap siswa. Oleh karena itu mimpi Gülen untuk membangun sekolah-sekolah swasta di mana siswa diberi kesempatan untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan modern. Pada saat yang sama mereka juga dididik dengan moral, etika, dan cinta bagi umat manusia. Hizmet adalah salah satu gerakan Fethullah Gülen dalam sektor pendidikan.
1.2 Gerakan Gülen
Salah satu langkah pertama yang diambil oleh Gülen untuk menyebarkan ide-idenya adalah dengan memulai camp musim panas di mana dalam acara tersebut diajarkan tentang agama Islam. Selanjutnya, Gülen memulai dengan mendirikan asrama swasta yang didanai oleh pengusaha-pengusaha lokal, banyak di antaranya yang tinggal di asrama tersebut adalah siswa-siswa serta mahasiswa dari latar belakang keluarga yang berpenghasilan rendah. Pada tahun 1980-an, Gülen mulai bepergian di seluruh daerah Turki untuk berkhotbah dan kepada pelajar dan mendorong pengusaha-pengusaha untuk memulai dan mendirikan sekolah-sekolah di seluruh Turki.
Gülen berusaha untuk memecahkan masalah-masalah kontemporer dan masalah yang dihadapi umat Islam melalui khotbah tentang agama Islam. Karakter teladan dan pendekatan praktis dalam ajaran Islam telah mengajarkan jutaan pendukungnya selama lima dekade berikutnya. Gerakan Gülen telah menonjol dan beredar luas ke publik di Turki dan luar negeri melalui surat kabar, majalah, sekolah, organisasi bisnis, dan antar yayasan]. Meskipun, gerakan Gülen telah berupaya untuk mempromosikan Islam melalui kegiatan agama yang netral. Sebagai salah satu pakar terkemuka di Turki mencatat, bahwa "Gerakan Gülen” adalah contoh menarik dari sebuah gerakan keagamaan yang muncul untuk berkonsentrasi pada kegiatan sekuler sebagai ekspresi dari sikap yang sangat religius untuk kehidupan yang telah membentuk jaringan yang luas, sekolah modern di banyak negara di seluruh dunia, tetapi sekolah-sekolah menawarkan kurikulum yang sepenuhnya sekuler. Demikian pula, surat kabar Zaman, yang muncul dalam berbagai bahasa, tidak muncul untuk mendukung setiap agenda khusus tentang Islam (meskipun sebagian besar mendukung pemerintah AKP di Turki), dan banyak kontributor mereka adalah intelektual sekuler "(Van Bruneissen, 2010). Salah satu aspek yang paling penting dari gerakan ini dalam kegiatan pendidikan yaitu melalui gerakan yang telah memberikan kontribusi signifikan di berbagai negara.
1.3 Filsafat Pendidikan Gülen
Bagi Gülen, pendidikan dan pembelajaran adalah aspek yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dia mengajarkan bahwa mengejar pengetahuan adalah tugas manusia yang ketika terpenuhi dapat mengangkat seseorang ke tingkat dan derajat lebih tinggi yang membuatnya menjadi manusia yang dapat menguntungkan masyarakat. Seperti sebelumnya intelektual muslim seperti Muhammad Iqbal dan Sayyid Jamal Al-Din Al-Afghani, Gülen berpendapat bahwa upliftment Dunia Muslim akan terjadi jika umat Islam lebih terdidik. Tujuan akhir dari visi pendidikan Gülen adalah untuk meningkatkan sebuah "Generasi Emas," generasi individu yang universal, yang ideal, orang yang mencintai kebenaran, yang mengintegrasikan spiritualitas, dan pengetahuan yang bekerja untuk manfaat masyarakat (Gülen, 1998).
Dalam rangka mencapai tujuan akhir ini, pendukung Gülen dalam pendekatan baru terhadap pendidikan, Gülen mulai menulis. Meskipun pengetahuan adalah nilai dalam dirinya sendiri, tujuan belajar adalah untuk membuat pengetahuan panduan dalam kehidupan dan untuk menerangi jalan menuju kesempurnaan manusia. Bagi Gülen, aspek yang paling penting dari pendidikan adalah mengajar. Pengajaran dipandang sebagai tindakan yang suci. Tugas dari guru adalah memberikan ilmu dan menjadikan perubahan, perubahan positif dalam kehidupan siswa-siswa mereka (Gülen, 2004). Mengutip contoh dari Nabi Muhammad saw sebagai seorang pendidik yang sempurna, Gülen mencatat bahwa Nabi Muhammad saw memimpin dengan memberikan contoh-contoh melalui perilaku, perbuatan baik, dan kebajikan yang diajarkan anggota keluarganya dan sahabat-sahabatnya dalam Islam. Seorang pendidik harus orang yang mementingkan semua aspek pikirannya, jiwa, dan diri serta berusaha untuk meningkatkan kesempurnaan yang tepat untuk masing-masing (Gülen, 2001). Suatu sistem pendidikan juga harus mampu mengubah pelajar menjadi lebih baik dan memiliki prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik.
Meskipun latar belakang Gülen sebagai seorang sarjana Islam dan kenyataan bahwa filsafat pendidikan itu berasal dari iman, ia menganjurkan bahwa pengetahuan ilmiah dan agama adalah bagian penting dan saling melengkapi dari keseluruhan yang sama (Woodhall, 2010). Hal ini telah menyebabkan fokus yang kuat bahwa Gülen terinspirasi untuk mendirikan sekolah yang memberikan mata pelajaran tentang ilmu pengetahuan modern serta tetap berpegang pada ajaran agama Islam. Ide Gülen tentang pendidikan, agama, kemajuan manusia serta contoh sendiri sebagai seorang pendidik telah menginspirasi ribuan pendukungnya untuk mulai mendirikan sekolah-sekolah dari Amerika hingga ke Asia.
Pendidikan
2.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan dapat dikemukakan menjadi dua pengertian secara umum, berikut pengertian tersebut:
Definisi I : Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar yang teratur dan sitematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan cita-cita pendidikan.
Definisi II : Bantuan yang diberikan secara sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani.
2.2 Tujuan Pendidikan
Menurut Fethullah Gülen bahwa pandangan pendidikan yang cocok untuk pendidikan adalah mengakui manusia sebagai makhluk sosial, individual, dan dwi tunggal. Adapun tujuan pendidikan adalah:
- Tujuan umum : membentuk insan yang berguna
- Tujuan khusus : tujuan dalam rangka mencapai tujuan umum
- Tujuan tak lengkap : tujuan dari masing-masing aspek pendidikan sendiri
- Tujuan insidental : tujuan seketika karena timbul secara kebetulan
- Tujuan sementara : tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan
- Tujuan perantara (intermediasi) : alat untuk mencapai tujuan yang lain
Dalam dasar-dasar pendidikan serta memperhitungkan peran itu harus dimainkan oleh Fethullah Gülen untuk membahas tujuan utama dari proses pendidikan. Pertama-tama Gülen melihat individu manusia berada di pusat dari setiap masalah besar umat manusia serta solusinya. Solusi jangka panjang masalah sosial seperti kurangnya pendidikan dan kemiskinan. Untuk alasan ini, dinamika yang mendasari pendekatan Gülen adalah dalam bidang pendidikan, saling pengertian, menghargai, member kesempatan, dan harapan (Aslandogan dan Cinar: 332). Jadi, tujuan utama pendidikan terdiri dari pembangunan karakter (Mohamed: 556).
Dari pendekatan ini Fethullah Gülen melihat pendidikan paling berpengaruh untuk menanamkan rasa kewarganegaraan yang bertanggung jawab, kerjasama, dan dialog antara individu, kelompok, dan bangsa (Kucukcan: 196). Ini adalah pendidikan yang dapat memenuhi tujuan akhir untuk mengembangkan individu yang merasa dirinya bebas, yang bertujuan untuk memerangi tirani dan memperjuangkan keadilan, hak asasi manusia, dan toleransi. Pada saat yang sama pendidikan adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi teror internasional (Aslandogan dan Cinar: 333). Fethullah Gülen berpendapat bahwa tujuan akhir melalui hizmetnya dalam pendidikan adalah pengembangan masyarakat serta untuk melayani kemanusiaan. "Sekarang kita hidup dalam dunia yang global dan luas, pendidikan adalah cara terbaik untuk melayani kemanusiaan dan membangun dialog dengan peradaban lain" (Gülen 2004: 198).
Atribut Gülen pentingnya seperti jenis pendidikan terkait erat dengan ruang lingkup akhir dari gerakan yang disebut dengan “hizmet”. Merupakan salah satu gerakan yang didirikan oleh Gülen dalam sektor pendidikan. Menurut Gülen, pendidikan akan memungkinkan untuk membentuk generasi baru dari orang-orang yang akan dapat menggunakan pengetahuan ilmiah sesuai dengan etika dan untuk memimpin masyarakat pada jalan yang benar. Berbekal alat-alat ilmu pengetahuan dan agama, generasi ini akan mampu memecahkan dilema masyarakat sekarang dan masa depan. Itulah mengapa pendidikan menurut Fethullah Gülen, adalah alat kunci dalam pengembangan masyarakat (Eldridge: 535).
2.3 Kedudukan Ilmu Pendidikan
Untuk mempermudah mengetahui kedudukan ilmu pendidikan, perhatikanlah bagan dibawah ini.
Ilmu pengetahuan terbagi menjadi beberapa cabang yaitu:
Matematika : Ilmu Berhitung, Ilmu Aljabar, Ilmu Ukur, dan Ilmu Mekanik.
Fisika : Ilmu Alam, ilmu Kimia, Geologi, Mineralogi.
Biologi : Botani, Zoologi, Antropologi, dan Etnologi.
Social sciences : Ilmu Jiwa, Ilmu Logika, Ilmu Etika, Ilmu Hukum, Ilmu Ekonomi, Ilmu Pendidikan, dan Sosiologi.
Metafisika : Ontologi, Antropologi Filsafat, Cosmologi, dan Theodicee.
Dari penjelasan diatas maka kita ketahui bahwa kedudukan ilmu pendidikan terletak di tengah ilmu-ilmu yang lain.
2.4 Dasar, Aspek, dan Unsur Pendidikan
2.4.1 Dasar Pendidikan
Berdasarkan alasan di atas disebutkan untuk peran khusus yang dimainkan dalam bidang pendidikan, Fethullah Gülen menjelaskan tentang pilar fundamental. Sebagai contoh, Gülen berpendapat bahwa pendidikan harus didasarkan pada pengakuan pluralisme budaya, peradaban, dan agama. Seiring dengan ini Gülen menekankan pentingnya menjaga identitas seseorang. Gülen menjelaskan bahwa karena perkembangan komunikasi dan transportasi yang pesat, dunia telah menjadi sebuah hal yang global atau mendunia. Bangsa-bangsa lain sudah seperti tetangga yang dekat. Namun, kita harus ingat bahwa di dunia seperti ini, eksistensi nasional dapat dipastikan hanya dengan melindungi karakteristik spesifik dari masing-masing negara. Dalam sebuah mosaik terpadu bangsa dan negara, mereka yang tidak bisa melindungi karakteristik unik mereka, "pola", atau "desain" akan hilang. Seperti halnya dengan semua bangsa lain, karakteristik penting yaitu agama dan bahasa kita, sejarah, dan tanah air (Gülen 2004:197-198). Landasan lain pendidikan adalah kombinasi kepatuhan terhadap tradisi historis dan pola dengan keterbukaan terhadap dunia modern menghadapi proses globalisasi serta kombinasi dari modernisasi dengan pengembangan individu.
Di antara pilar pendidikan yang merupakan tempat terkemuka yang ditempati oleh tumbuh siswa sampai dengan mengajarkan mereka dengan jelas tentang nilai-nilai kemanusiaan. Itulah sebabnya Fethullah Gülen memberikan perhatian khusus untuk mengatasi konflik yang disebutkan di atas antara agama dan ilmu pengetahuan. Agama adalah panduan ilmu, menentukan tujuan mereka sesungguhnya, menempatkan nilai-nilai kemanusiaan, dan moral yang universal sebelum ilmu sebagai panduannya. Jika kebenaran ini telah dipahami di Barat, dan jika hubungan antara agama dan pengetahuan telah ditemukan, hal-hal yang akan sangat berbeda akan ditemukan (Gülen 2004:196). Pendekatan tersebut berarti karakter pendidikan yang komprehensif karena agama hanya bagian dari pendidikan yang harus mencakup semua sisi kehidupan manusia yang penting. Jadi setiap kebutuhan hidup harus dipenuhi di sekolah. Membuat keputusan yang benar adalah tergantung pada pikiran yang sehat dan mampu meberikan pendapat. Ilmu dan pengetahuan dapat menerangi dan mengembangkan pikiran. Fundamental dasar pendidikan yang paling penting adalah orientasi ke arah kombinasi dari ilmu, pertama-tama yang alami, dengan nilai-nilai kemanusiaan, etika, dan spiritualitas. Menyentuh masalah ini Fethullah Gülen menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan harus menekankan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebanyak, atau lebih dan juga pendukung transmisi nilai-nilai spiritual, moral, perilaku, toleransi, keterbukaan, dan sejenisnya. Melalui transformasi spiritual diinternalisasi individu akan datang suatu transformasi sosial yang lebih luas (Taman: 51).
Fethullah Gülen dalam wacananya menjelaskan bahwa sekolah berkonsentrasi pada mata pelajaran ilmiah dengan tetap menerapkan ajaran Islam. Tetapi jika pemikir menganggap instrumen ilmu pengetahuan yang bermanfaat di tangan manusia, pada saat yang sama ia berpikir bahwa itu saja tidak dapat merupakan panduan bagi masyarakat. Dalam ilmu pendapatnya bukan nilai positif dalam dirinya sendiri. Dalam rangka untuk benar-benar berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat itu harus dimiliki dan digunakan oleh moral yang dipandu secara individu. Ruang lingkup proyek pendidikan Fethullah Gülen adalah untuk membentuk individu dengan etika batin yang kuat yang dapat membimbing masyarakat ke arah penggunaan yang benar dari penemuan-penemuan ilmiah (Vicini: 435).
2.4.2 Aspek Pendidikan
Aspek-aspek dalam pendidikan adalah:
- Pendidikan budi pekerti atau pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak adalah dasar dan fundamental bagi semua pendidikan yang lain, karena pendidikan menyangkut pendidikan moral.
- Pendidikan kecerdasan. Pendidikan kecerdasan adalah merupakan tugas pokok dari sekolah disamping tugas-tugas yang lain. Tujuan pendidikan kecerdasan ini adalah mendidik anak agar mampu berfikir secara kritis, logis, kreatif, dan berfikir secara reflektif.
- Pendidikan sosial atau kemasyarakatan. Pendidikan ini berhubungan dengan pergaulan anak didik dan proses adaptasi lingkungan. Pendidikan social bertujuan untuk mendidik anak agar dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bersama dan dapat ambil bagian atau berpartisipasi secara aktif didalmnya.
- Pendidikan Agama. Agama tidak lain adalah sumber moral. Oleh karena itu tujuan pendidikan agama tidak lain adalah menuntun anak untuk menjadi manusia yang bermoral, berbudi luhur, bertaqwa kepada tuhan, meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.
- Pendidikan kewarganegaraan. Manusia selain hidup berkelompok kecil yaitu keluarga juga manusia terkelompok dalam kelompok besar yaitu negara. Oleh karena itu pendidikan dirasa penting untuk diberikan guna memberi wawasan pada anak didik agar kelak menjadi warga yang baik dan berguna.
- Pendidikan keindahan atau estetika. Pada dasarnya pendidikan estetika bukanlah aspek yang begitu penting namun sesuatu tentang keindahan itu ada dalam setiap aspek kehidupan kita. Oleh karena itu tak salah tentunya kalau hal ini juga dipelajari. Pendidikan ini bertujuan agar semua anak mempunyai rasa keharuan terhadap keindahan.
- Pendidikan jasmani. Pendidikan ini tidak hannya utnuk membentuk tubuh yang atletis, melainkan juga bertujuan untuk membentuk watak.
2.4.3 Unsur-Unsur Pendidikan
Adapun unsur-unsur pendidikan antara lain:
- Anak didik : pihak yang menjadi obyek utama pendidikan
- Pendidik : pihak yang menjadi subyek dari pelaksanaan pendidikan
- Materi : bahan atau pengalaman belajar yang disusun menjadi kurikulum
- Alat pendidikan : tindakan yang menjdi kelangsungan mendidik
- Lingkumgan : keadaan yang berbengaruh terhadap hasil pendidikan
- Dasar dan landasan pendidikan : landasan yang menjadi fundamental dari segala kegiatan pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang teratur dan tematis yang dilakukan seseorang untuk mempengaruhi agar anak mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan tujan pendidikan. Eksistensi mendidik terletak pada tujuan mendidik, sedang mengajar eksistensinya terletak pada materinya. Oleh karena itu daapat disimpulkan mendidik lebih luas dari pada mengajar,dan mengajar merupakan sarana dalam mendidik.
2.5 Hubungan Kurikulum Dasar dan Tujuan Pendidikan
Secara umum, kurikulum yang diterapkan di sekolah mengacu pada kurikulum nasional yang diperkuat dengan kurikulum yang dikembangkan oleh PASIAD Indonesia sendiri yang berorientasi pada kurikulum internasional. Hubungannya kurikulum dengan tujuan pendidikan sangat erat dan dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
2.6 Misi Pendidikan Fethullah Gülen
Pada bulan Oktober, 1992. Uni Soviet terpecah dan semua wilayahnya tenggelam dalam kekacauan. Tiga kali seminggu, sebuah pesawat carter Rusia ditumpangi para pemuda Muslim dari Istanbul menuju dataran rendah Asia Tengah. Mereka sangat bersih, mengenakan setelan jas hitam dan dasi, memangkas kumis mereka dan mapan. Itulah cikal bakal dimana Fethullah Gülen, seorang imam Muslim di Turki mereka berkata. “Terbanglah ke negara-negara yang baru bebas, sebagai ungkapan persaudaraan kita.” Mereka berpencar. Ratusan guru sukarelawan menyebar di lima republik-republik Asia Tengah. Ini adalah awal dari sebuah gerakan global yang sekarang menjadi salah satu yang terbesar dan paling kuat yang bersaing untuk masa depan Islam di seluruh dunia. Saat ini, ada sekitar 1.000 sekolah yang berafiliasi kepada gerakan Gülen di 100 negara, dari Malawi hingga Amerika Serikat. Sekolah-sekolah itu menawarkan perpaduan antara keyakinan agama dan sebagian besar kurikulum Barat. Semua terinspirasi oleh Gülen.
Gülen percaya bahwa satu-satunya cara untuk bertahan hidup modernitas antara Islam dan kehidupan publik hanya bisa dilakukan melalui generasi “emas baru” yang dapat menggabungkan pemikiran ilmiah Barat dengan keyakinan agama. Karena itulah sekolah-sekolah didirikan. Gülen merupakan pensiunan berumur 69 tahun adalah orang di balik ide-ide besar ini. Gülen telah mengunjungi semua wilayah Asia Tengah. Ia pernah tinggal di sebuah perkebunan di Pennsylvania, karena alasan medis. Misi hidupnya selama ini tak lain adalah menyatukan gerakan Islam yang baru, generasi yang cakap dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, sukses dalam ekonomi pasar bebas global, namun sangat taat menjalankan perintah Islam. Sekolah-sekolah mereka mengajarkan kurikulum berbahasa Inggris, menekankan sains dan matematika di kelas dan sekaligus konservatisme keluarga Muslim. Dalam era dimana sekolah keagamaan kebanyakan sekarat, sekolah-sekolah Turki, seperti yang diketahui, semakin berkembang. “Gülen menyebarkan semacam ‘Pendidikan Islam’ yang berlawanan dari ‘politik islam. Melalui sekolah Gülen berharap adanya akibat “Islamisasi’ yang modern.” Syeikh Muhammad Fethullah Gülen marupakan tokoh yang dibenci pemerintah sekular sebelum kemenangan AKP mengambil alih pemerintahan. Namanya seiring Dr. Erbakan yang pernah digulingkan kerajaan yang dipimpinnya oleh tentara Turki atas alasan beliau coba menjalankan proses Islamisasi di Turki.
2.7 Pendekatan Fethullah Gülen Antara Islam dan Pendidikan
Pendidikan berfungsi sebagai dialog antar budaya dan antar agama yang menjelaskan secara signifikansi yang besar pada umumnya tentang agama dan Islam pada khususnya dalam pandangan Fethullah Gülen pada bidang pendidikan. Dia menekankan bahwa agama mendamaikan berlawanan yang tampaknya saling eksklusif (Gülen 2000). Fethullah Gülen percaya bahwa hal ini dapat memainkan peran Islam lebih berhasil daripada agama yang lain. Islam adalah jalan tengah. Meskipun tidak menolak atau mengutuk pendekatan ilmiah modern, serta tidak juga memuja itu semua (Gülen 1999). Itulah sebabnya mengapa ilmu pengetahuan tidak harus dipelajari secara independen dari Al-Qur’an. Dan sebaliknya Qur’an dapat dipelajari tanpa kontradiksi dengan ilmu pengetahuan (Gülen 1997).
Namun pendekatan tersebut perlu memikirkan kembali Islam dalam kondisi dunia modern. Untuk menanggulangi segala sesuatu yang berhubungan dengan pemahaman Islam sebagai fenomena politik. Sayangnya, sampai saat Islam dipandang terutama sebagai ideologi politik daripada agama (Gülen 2000). Bagi Fethullah Gülen alasan yang paling penting untuk politisasi tersebut terletak pada kenyataan bahwa itu tidak dipahami dengan benar. Publikasi analisis Fethullah Gülen secara singkat namun sangat mendalam tentang situasi saat ini di dunia Muslim. Gülen setuju bahwa selama periode waktu yang panjang, masyarakat Muslim telah menyaksikan krisis politik, sosial, dan budaya yang multidimensi. Di satu sisi, krisis saat ini mencakup pemikiran Islam dan pendidikan. Tapi disatu sisi lain, ia sendiri disebabkan oleh penurunan ide-ide Islam dan pengetahuan. Itulah sebabnya ajaran Fethullah Gülen itu harus diperkirakan dengan dampaknya pada perkembangan teori Islam modern dan dengan kontribusi mereka dalam mengatasi krisis dunia Muslim.
Ketika menyentuh akar utama keterbelakangan dunia Muslim pemikir menggarisbawahi beberapa masalah kunci dari masyarakat Islam terkait langsung dengan perspektif mereka reformasi politik. Gülen terutama menekankan bahwa masyarakat Islam memasuki abad kedua puluh sebagai dunia yang tertindas, yang dirugikan, dan terjajah. Setelah pembebasan mereka dan penciptaan negara independen otoritas politik bekerja untuk kesejahteraan dinasti mereka adalah anggota, daripada bekerja untuk kemakmuran negara mereka dan mencoba untuk membangun kesatuan masyarakat dan kekuasaan, dengan demikian administrasi ini telah terdegradasi ke posisi penindas dan kebencian hanya pantas di mata publik (Gülen 2004:239-240). Nilai-nilai seperti demokrasi, hak asasi manusia, penyebaran pengetahuan, dan pendidikan di masyarakat, kemakmuran ekonomi, kesetaraan dalam produksi, institusionalisasi konsumsi, dan pendapatan dengan cara mencegah pembentukan kelas, supremasi hukum, dan keadilan. Nilai-nilai yang saat ini umum diterima di seluruh dunia, tidak pernah sepenuhnya terwujud dalam masyarakat Islam (Gülen 2004:240). Mungkin lebih penting daripada semua hal di atas, fakta bahwa agama, dan nilai-nilai agama, spiritualitas, dan etika yang terhubung ke agama sudah terkikis di seluruh dunia merupakan sumber yang paling penting dari masalah sosial yang besar yang mengancam umat manusia saat ini. Dunia Muslim sedang mengalami krisis spiritual karena semua pilar penopang penting dari kemanusiaan telah runtuh dan hancur (Gülen 2004:241).
Fethullah Gülen menyimpulkan, saat ini dunia Islam seperti tidak ada dan tertinggal. Ada tempat-tempat di mana muslim hidup tetapi muslim saat ini seperti tidak ada karena tertinggal. Pelajar-pelajar muslim jarang sekali yang menonjol dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga pelajar muslim seringkali kurang dikenal dan dihargai oleh negara lain. Untuk mengejar ketinggalan dan menyetarakan muslim yaitu dengan membuktikan keberhasilan dalam ilmu pengetahuan ddengan menghasilkan generasi muslim yang berprestasi. Dalam hal ini sekolah adalah tempat yang tepat untuk memberikan ilmu pengetahuan dan menghasilkan generasi yang berprestasi dalam bidang akademik. Keberhasilan pendidikan tidak hanya tergantung pada prestasi akademik para pelajar tetapi juga harus mencakup penekanan pada karakter pelajar secara individu, serta nilai-nilai moral, dan etika. Oleh karena itu, membedakan pendidikan dari mengajar dan menumbuhkan siswa yang memiliki pengetahuan ilmiah bersama dengan nilai-nilai moral adalah faktor kunci yang menghasilkan sekolah yang sukses. Banyak orang dapat menjadi guru untuk mengajar, tetapi hanya terbatas orang yang dapat menjadi pendidik (Gülen 2004). Hal ini karena Gülen mendefinisikan pendidikan berbeda dengan mengajar.
2.8 Mengajar dan Mendidik
2.8.1 Mengajar
Secara teoritis pengertian mendidik dan mengajar tidaklah sama. Mengajar berarti menyerahkan atau manyampaikan ilmu pengetahuan atau keterampilan dan lain sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan cara-cara tertentu sehingga ilmu-ilmu tersebut bisa menjadi milik orang lain.
2.8.2 Mendidik
Mendidik tidak cukup hanya dengan memberikan ilmu pengetahuan ataupun keterampilan, melainkan juga harus ditanamkan pada anak didik mengenai nilai moral, dan norma-norma susila yang tinggi dan luhur. Dari pengertian diatas dapat kita ketahui bahwa mendidik lebih luas dari pada mengajar. Mengajar hanyalah alat atau sarana dalam mendidik dan mendidik harus mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang tinggi. Didikan adalah:
1. Masa depan setiap individu terkait erat dengan kesan dan pengaruh yang dialami selama masa kanak-kanak dan remaja. Jika anak-anak dan orang muda yang dibesarkan dalam iklim dimana antusiasme mereka dirangsang dengan perasaan yang lebih tinggi, mereka akan memiliki pikiran yang kuat dan menampilkan akhlak dan kebajikan yang baik. Kemanusiaan berbanding lurus dengan kemurnian emosi kita.
2. Meskipun mereka yang penuh perasaan buruk dan yang jiwanya dipengaruhi oleh egoisme terlihat seperti manusia, apakah mereka benar-benar adalah manusia yang diragukan. Hampir semua orang dapat melatih tubuh mereka, tapi beberapa orang dapat mendidik pikiran dan perasaan mereka. Pelatihan dapat menghasilkan tubuh yang kuat, sedangkan yang kedua menghasilkan manusia rohani.
3. Meningkatkan masyarakat hanya mungkin dengan mengangkat generasi muda untuk pangkat kemanusiaan, bukan dengan melenyapkan yang buruk. Kecuali sebuah benih yang terdiri dari agama, tradisi, dan kesadaran historis di seluruh negeri, unsur-unsur kejahatan baru akan muncul dan tumbuh di tempat masing-masing dan yang buruk dimusnahkan.
4. Meskipun mendasar yang dibawa anak perempuan sampai menjadi halus seperti bunga, pendidik ringan, dan kasih sayang anak, perhatian harus diberikan untuk membuat mereka tidak fleksibel pembela kebenaran..
5. Sikap yang baik adalah suatu kebajikan dan sangat dihargai siapapun yang mereka temukan. Mereka dengan sopan santun yang disukai, bahkan jika mereka tidak berpendidikan. Masyarakat tanpa kebudayaan dan pendidikan seperti individu kasar, untuk satu tidak dapat menemukan di dalamnya setiap kesetiaan dalam persahabatan atau konsistensi dalam permusuhan.
Ilmu Pengetahuan
3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah warisan bersama umat manusia, bukan milik pribadi dari orang-orang tertentu. Permulaannya dimulai dengan awal umat manusia. Ketika budaya intelektual Eropa mencapai kemajuan yang memadai, yang sebagian besarnya dicapai melalui prestasi negara-negara selain Eropa lainnya, ilmu-ilmu eksperimental secara khusus telah matang bagi perkembangan baru yang menyeluruh melalui pada abad kebangkitan Renaissance.
Memandang masa depan yang berjalan cepat yang penuh kekuatan dan daya hidup, dan terkadang menyerupai taman yang mempesona, alam semesta ini seperti buku yang dipersembahkan kepada manusia untuk dipelajari, ciptaan dari Allah untuk disaksikan oleh makhluk-makhluk hidup yang diciptakanNya, dan sebuah amanah yang dipercayakan kepada umat manusia dengan menjaga dan menggunakan manfaat dari ciptaanNya. Dengan mempelajari makna dan isi amanah ini, kita harus menggunakannya secara bermanfaat untuk generasi sekarang serta generasi masa depan. Generasi Kita dapat mengartikan ilmu pengetahuan sebagai hubungan sebagaimana yang diidamkan seperti penjelasan di atas antara manusia dan dunia ilmu pengetahuan.
Jika ilmu pengetahuan yang sebenarnya berarti mengarahkan kecerdasan menuju kebahagian akhirat tanpa mengharapkan keuntungan materi, melakukan pengkajian tak kenal lelah dan terperinci tentang alam semesta untuk menemukan kebenaran mutlak yang mendasarinya, dan mengikuti metoda yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, maka ketiadaan hal-hal tersebut memiliki arti bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat memenuhi harapan kita. Meskipun biasanya dikemukakan sebagai pertikaian antara Kristen dan ilmu pengetahuan, pertikaian zaman Renaissance terutama adalah antara ilmuwan dan Gereja. Copernicus, Galileo, dan Bacon yang dikemukakan sebagai anti-agama. Kenyataannya, dapat kita katakan bahwa ketaatan mereka terhadap agama telah memunculkan cinta dan pemikiran untuk menemukan kebenaran.
Sebelum Kristen, Islam adalah pembawa obor pengetahuan ilmiah. Pemikiran agama yang memancar dari kebahagian akhirat dan cinta serta semangat yang muncul dari pemikiran itu, yang disertai rasa kefakiran dan ketidakberdayaan di hadapan Allah, berada di balik kemajuan ilmiah besar selama 500-tahun yang disaksikan di dunia Islam hingga akhir abad kedua belas. Gagasan ilmu pengetahuan berdasarkan Wahyu Ilahi, yang mendorong penelitian ilmiah di dunia Islam, dipersembahkan nyaris sempurna oleh tokoh-tokoh terkemuka pada zaman itu, yang tenggelam dalam pikiran tentang kebahagiaan akhirat, meneliti alam semesta tanpa kenal lelah untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Ketaatan mereka kepada Wahyu Ilahi menyebabkan kecerdasan yang berasal dari Wahyu itu memancarkan cahaya yang memunculkan gagasan baru ilmu pengetahuan di dalam jiwa manusia.
Jika gagasan ilmu pengetahuan, yang diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat seolah merupakan bagian dari risalah Ilahi, dan yang dipelajari dengan semangat ibadah, maka tidak pernah terjadi peristiwa serangan Mongol serta Perang Salib yang tak berbelas kasih di Eropa, maka dunia ini akan lebih tercerahkan, memiliki kehidupan intelektual yang lebih kaya, teknologi yang lebih sehat, dan ilmu pengetahuan yang lebih menjanjikan. Gagasan Islam tentang ilmu pengetahuan menyatu dengan keinginan mencapai kebahagian akhirat, cita-cita akan manfaat bagi kemanusiaan, dan tanggung jawab dalam rangka meraih ridha Allah semata.
Cinta akan kebenaran mengarahkan penelitian ilmiah sejati. Ini berarti mendekati alam semesta tanpa pertimbangan keuntungan materi dan balasan duniawi, dan mengamati dan mengenalinya sebagaimana kenyataan sebenarnya. Sementara mereka yang dilengkapi dengan cinta seperti itu dapat mencapai tujuan akhir dari penelitian mereka, mereka yang terkena syahwat duniawi, cita-cita materi, prasangka ideologis terhadapnya, serta tidak mampu mengembangkan rasa cinta akan kebenaran apa pun, akan gagal, atau lebih buruk lagi akan mengalihkan jalannya penelitian ilmiah dan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai senjata mematikan yang digunakan untuk melawan kemampuan terbaik umat manusia.
Tiada kegiatan intelektual yang muncul dari dan diarahkan oleh hasrat duniawi dan kepentingan pribadi benar-benar dapat mendatangkan hasil yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Jika hasrat yang mengotori jiwa serta perilaku tidak tepat seperti itu digabungkan dengan fanatisme dan prasangka ideologis, hal ini pasti akan menempatkan rintangan tak teratasi di jalan menuju kebenaran dan penggunaan hasil kajian ilmiah agar bermanfaat bagi kemanusiaan. Oleh karena itu, cendekiawan, lembaga pendidikan, dan media massa harus bekerja untuk mengeluarkan penelitian ilmiah modern dari atmosfer yang tercemar mematikan akibat cita-cita materialistis, ideologis fanatisme, dan mengarahkan ilmuwan menuju nilai-nilai kemanusiaan sejati. Langkah pertama adalah membebaskan pikiran dari takhayul dan ideologis fanatisme dan membersihkan jiwa dari keinginan mendapatkan balasan dan keuntungan duniawi. Ini juga adalah prasyarat pertama untuk memastikan kebebasan sejati dalam berpikir dan menghasilkan ilmu pengetahuan yang baik. Setelah memerangi kesalahan dan gagasan keliru yang dibangun atas nama agama, dan setelah menyalahkan mereka atas kemunduran, kepicikan, dan fanatisme, ilmuwan harus bekerja keras agar senantiasa bebas dari menjadi sasaran tuduhan serupa.
Tidak ada perbedaan antara penindasan intelektual dan ilmiah yang timbul dari hasrat kepentingan dan kekuasaan dengan ideologis fanatisme dan pemikiran sempit yang didasarkan pada gagasan agama yang keliru dan menyimpang serta dipegangnya kendali kekuasaan oleh kaum agamawan. Agama yang senantiasa diturunkan Allah adalah Agama Islam, yang berarti kedamaian, keselamatan, dan ketaatan kepada Allah. Hal ini benar, apakah itu diajarkan oleh Nabi Musa atau Isa, atau disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Islam mendakwahkan dan menyebarkan sopan santun, hormat terhadap nilai-nilai kemanusiaan, cinta, toleransi, dan persaudaraan. Banyak ayat Al-Qur’an mendorong pengkajian tentang alam semesta, yang dipandangnya sebagai tempat pameran karya-karyaNya. Selain itu, Al-Qur’an meminta orang merenungkan penciptaan dan ciptaan Allah, dan menggunakannya secara bertanggungjawab, bukan dengan merusak. Ketika mempelajarinya dengan pikiran terbuka, kita memahami bahwa Al-Qur'an menganjurkan manusia mencintai ilmu pengetahuan, kemanusiaan, keadilan, dan ketertiban.
Islam secara harfiah adalah agama perdamaian dan keselamatan. Nabi mengartikan Muslim adalah seseorang yang dengannya orang lain merasa aman dan selamat akibat perbuatan tangan dan lidahnya, dan mukmin (orang beriman) berasal dari kata “amn” (keamanan dan keselamatan). Sebagai seseorang yang meyakini dan memberikan jaminan keamanan, ketertiban, keadilan, cinta, dan pengetahuan. Didirikan di atas Al-Qur’an, Islam telah membangun ilmu pengetahuan dan pencariannya di atas landasan niat menemukan makna keberadaan alam semesta dalam rangka mencapai Sang Pencipta, dan untuk mendatangkan manfaat bagi kemanusiaan. Bahkan bagi semua ciptaan, serta untuk menjiwainya dengan keimanan, cinta, dan sikap mementingkan kebaikan bagi orang lain. Inilah yang kita pelajari dari Al-Qur'an, teladan dari kehidupan Nabi, dan perilaku dari banyak sosok yang meneladaninya secara sempurna dalam hal pikiran dan tindakan.
3.2 Ilmu Pengetahuan dan Fakta Ilmiah
Al-Quran meletakkan seluruh penciptaan di depan mata kita dan memberitahukan bahwa mereka yang takut kepada Tuhan, di antara para hamba-Nya, adalah yang memiliki ilmu yang merujuk pada ilmu pengetahuan dan fakta-fakta ilmiah ketika menjelaskan Islam karena sebagian orang hanya menerima fakta-fakta ilmiah. Kaum materialis dan orang-orang yang anti-agama telah mencoba memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk menentang agama dan membubuhi pemikiran mereka dengan pamor lebih dari yang semestinya. Melalui pendekatan ini, mereka telah menyesatkan dan meracuni pikiran banyak orang. Karena itu, kita wajib mempelajari bagaimana berbicara dengan mereka dalam istilah mereka sendiri untuk membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi tidaklah bertentangan dengan Islam. Kita harus membalikkan bantahan-bantahan tersebut dengan mengkajinya dan kemudian menggunakannya untuk membimbing orang ke jalan yang benar.
Pendekatan seperti itu sepenuhnya dibolehkan, sebab bagaimana kita berbantah dengan apa yang dinyatakan orang-orang seperti itu jika kita tidak menguasai fakta dan pemikiran tersebut. Al-Quran mendorong kita untuk berpikir dan belajar. Semua itu membekas pada diri kita akan kebesaran Sang Pencipta, mendorong kita berkelana menelusuri umat manusia, dan mengarahkan perhatian kita pada hakikat keajaiban pada bagian-bagian tubuh dan penciptaan jasad kita.
Dari atom hingga sesuatu yang paling besar, dari kemunculan manusia pertama di bumi hingga kepergian kita yang terakhir, Al-Quran meletakkan seluruh penciptaan di depan mata kita. Menyinggung banyak sekali fakta, Al-Quran memberitahu kita bahwa mereka yang benar-benar takut kepada Tuhan, di antara para hamba-Nya, adalah mereka yang memiliki ilmu pengetahuan (QS. 35:28), dan dengan demikian mendorong kita untuk menuntut ilmu pengetahuan, berpikir, dan meneliti. Akan tetapi, kita wajib tidak pernah lupa bahwa seluruh kegiatan semacam itu harus mengikuti ajaran pada Al-Quran. Jika tidak demikian, sekalipun kita menyatakan mengikuti anjuran dan perintahnya, sejatinya kita akan menjauh darinya.
Ilmu pengetahuan dan fakta-faktanya dapat dan seharusnya digunakan untuk menjelaskan fakta-fakta kebenaran Islam. Namun jika kita menggunakannya untuk memamerkan ilmu pengetahuan kita, apa pun yang kita sampaikan tidak akan mempengaruhi pendengar kita secara benar, jika ada. Kata-kata dan bantahan cemerlang dan meyakinkan akan kehilangan daya pengaruhnya jika kita memiliki niat yang salah, hanya mengenal dari telinga pendengarnya dan tidak lebih. Sama halnya, jika penjelasan kita berupaya membungkam orang lain daripada meyakinkan mereka, kita sejatinya akan menutup jalan bagi mereka untuk sampai pada pemahaman yang benar. Dengan demikian upaya kita akan gagal, dan tujuan kita tetap tidak tercapai. Akan tetapi, jika kita berusaha meyakinkan dengan keikhlasan yang penuh dan benar, bahkan mereka yang memerlukan penjelasan semacam itu agar yakin akan mendapatkan bagiannya dan memperoleh manfaat. Kadangkala sebuah penjelasan yang tulus mungkin jauh lebih mengena daripada suatu penjelasan di mana Anda berbicara agak lebih bebas dan memukau. Tujuan utama kita ketika menjelaskan ilmu pengetahuan dan fakta-fakta ilmiah, sesuai dengan tingkat pemahaman pendengar kita, haruslah demi meraih ridha Tuhan.
Ilmu pengetahuan tidak dapat dianggap lebih unggul daripada agama, dan masalah-masalah teramat penting dalam Islam tidak dapat mempergunakan ilmu pengetahuan atau fakta-fakta ilmiah mutakhir untuk membenarkan atau memperkuat kesahihan agama. Jika kita mengambil cara-cara seperti itu, berarti kita menyatakan bahwa kita memiliki keraguan terhadap kebenaran Islam dan memerlukan ilmu pengetahuan untuk mendukungnya. Di samping itu, kita tidak dapat menerima ilmu pengetahuan dan fakta-fakta ilmiah sebagai hal yang mutlak (absolut).
Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai acuan pasti untuk mengukur keaslian Al-Quran atau sumber kewahyuannya, dan dengan demikian menempatkan ilmu pengetahuan di atas Al-Quran, tidaklah masuk akal, sesuatu yang harus dijauhi, dan sama sekali tidak dibenarkan. Penjelasan dan rujukan terhadap ilmu pengetahuan semacam itu, paling tinggi, memiliki kegunaan pendamping dan pendukung. Satu-satunya nilai manfaatnya adalah kemungkinannya dalam membukakan pintu ke sebuah jalan yang keberadaannya memang tidak akan diketahui oleh orang-orang tertentu.
Ilmu pengetahuan digunakan untuk membangunkan atau menggerakkan sebagian akal pikiran yang jika dibiarkan akan terus saja tertidur atau tidak tergerak. Ilmu pengetahuan itu diibaratkan seperti sebuah kemucing yang digunakan untuk menghilangkan debu yang menutupi kebenaran dan hasrat mengetahui kebenaran, yang terletak tersembunyi di dalam nurani yang tidak dibangunkan. Jika kita memulai dengan mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah mutlak (absolut), kita akan berujung pada upaya mencocok-cocokkan Al-Quran dan Hadits pada ilmu pengetahuan. Hasil dari usaha semacam itu hanyalah keraguan dan kebingungan, terutama ketika kita tidak dapat mencocokkan Al-Quran dan Hadits dengan sejumlah pernyataan ilmiah masa kini yang mungkin keliru dibuktikan di masa yang akan datang.
Kedudukan dan sikap kita haruslah jelas bahwa Al-Quran dan Hadits adalah mutlak dan benar. Ilmu pengetahuan dan fakta-fakta ilmiah adalah benar atau salah hanya sebatas pada tingkat ketika bersesuaian atau tidak sesuai dengan sumber-sumber tersebut. Bahkan fakta-fakta ilmiah yang sudah pasti mapan tidak dapat menjadi tiang-tiang untuk menopang kebenaran iman, tetapi ilmu pengetahuan dan fakta-fakta ilmiah dapat diterima hanya sebagai sarana yang memberikan kita gagasan atau mendorong perenungan kita tentang Tuhan, yang menanamkan kebenaran iman di dalam hati nurani kita. Mengharapkan bahwa hal ini benar-benar atau bahkan dapat terjadi melalui ilmu pengetahuan adalah sebuah kesalahan besar karena iman datang hanya melalui hidayah Ilahi. Siapa pun yang gagal memahami hal ini telah jatuh ke dalam kekeliruan yang sulit dipulihkan. Mereka mungkin tidak pernah merasakan keberadaan Tuhan di dalam hati sanubari mereka. Dalam penampakan mereka tidaklah menyembah alam, tetapi dalam kenyataannya itulah yang sedang mereka kerjakan.
Seorang lelaki atau perempuan adalah mu'min karena iman di dalam hatinya, bukan disebabkan banyaknya ilmu pengetahuan di dalam kepalanya. Setelah kita memahami sebanyak yang kita mampu mengenai bukti obyektif dan subyektif yang telah kita kumpulkan, kita harus menanggalkan ketergantungan kita pada pengaruh luar, tabiat, serta keadaan bukti seperti itu. Hanya dengan melakukan hal ini kita akan mampu mencapai kemajuan ruhani. Ketika kita meninggalkan ketergantungan ini dan mengikuti qalbu dan nurani kita dalam lingkupan cahaya dan petunjuk Al-Qur’an.
Sekolah
4.1 Sekolah
Sekolah merupakan tempat untuk manusia mendapatkan ilmu. Terdapat dua macam sekolah yaitu sekolah negeri dan swasta. Banyak masyarakat yang ingin menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah negeri karena murah, tidak seperti di sekolah swasta. Tetapi sekolah swasta saat ini berkembang pesat karena kemajuan kualitas dan prestasi yang diraih sekolah tersebut. Setelah pemerintah mengijinkan sekolah swasta, banyak orang secara sukarela memilih untuk menghabiskan kekayaan mereka untuk melayani negara, bukan untuk bersengan-senang di dunia secara bebas. Mereka melakukannya dengan semangat karena ibadah. Tidak mungkin mengetahui semua sekolah yang sudah dibuka baik di dalam maupun di luar negeri. Gülen bahkan tidak tahu nama dari banyak perusahaan yang membuka sekolah-sekolah atau keberadaan sekolah tersebut, Karena Gülen hanya disarankan dan mendorong ini. Namun, Gülen telah mengikuti hal ini sampai batasan tertentu dalam pers dan dalam serangkaian artikel oleh wartawan seperti Ali Bayramoglu, sahin Alpay, dan Atılgan Bayar. Sekolah telah dibuka di tempat-tempat lain mulai dari Azerbaijan ke Filipina dan dari St Petersburg (ibukota Tsar Rusia) dan Moskow (ibu kota komusnis Rusia, dan dengan bantuan dan referensi dari sesama warga Yahudi kami dan menonjol pengusaha uzeyir Garih) untuk Yakutsky. Sekolah-sekolah ini telah dibuka di hampir semua negara, kecuali Negara Iran yang tidak memberikan izin untuk membangun sekolah-sekolah tersebut.
Para penulis dan pemikir yang telah mengunjungi sekolah-sekolah tersebut dan mereka menyatakan bahwa sekolah-sekolah ini dibiayai oleh organisasi-organisasi sukarela dari Turki. Dalam banyak hal dari mereka semua, biaya para pelajar merupakan bagian penting dari pembiayaan ini. Administrator lokal memberikan kontribusi yang cukup besar dengan memberikan bantuan tanah, bangunan, kepala sekolah, dan guru bila diperlukan. Para guru yang didedikasikan untuk melayani negara mereka, bangsa, dan kemanusiaan dan telah menemukan makna hidup berada dalam melayani orang lain, antusias bekerja untuk penghasilan yang kecil.
Awalnya, beberapa pejabat asing masih ragu-ragu untuk memberikan dukungan mereka, karena mereka tidak benar-benar memahami apa yang dikerjakan. Namun, sebagian besar dari mereka mendukung sekolah-sekolah tersebut. Selain dua presiden Turki terakhir, yang terhormat Turgut Ozal akhir dan Sulaiman Demirel, mantan Ketua Parlemen Mustafa Kalemli dan mantan Menteri Luar Negeri Hikmet Cetin menunjukkan dukungan mereka dengan benar-benar mengunjungi sekolah-sekolah yang sudah didirikan. Hal ini sesuai untuk menyajikan pengamatan Ali Bayramoglu itu. Seorang wartawan yang sudah mengunjungi banyak sekolah-sekolah tersebut, ia menyatakan: "Sekolah-sekolah tidak memberikan pendidikan agama atau mencakup kegiatan pendidikan dengan lingkungan agama, seperti yang diasumsikan. Mereka telah mendirikan model "Sekolah tinggi Anadolu "dengan mengedepankan peralatan-peralatan teknis dan laboratorium. Pelajaran yang diberikan dalam kurikulum disusun oleh Departemen Pendidikan Nasional dan internasional.
4.2 Madrasah
Dampak sosial dari madrasah lebih luas dari itu dari kedua maktab dan sekolah modern. Selama berabad-abad yang panjang, itu membantu menciptakan hubungan yang relatif harmonis dengan keluarga, lingkungan, dan masyarakat. Meskipun Tanzhimat elit ingin membangun masyarakat kebarat-baratan yang modern melalui pendidikan, sistem maktab dicapai sedikit lebih dari menciptakan dualitas antara sistem sosial dan pendidikan.
Madrasah memberikan pandangan dunia yang komprehensif bagi masyarakat, seperti yang terintegrasi dalam pelatihan sosial, agama, dan budaya. Tetapi madrasah gagal untuk memperkenalkan perubahan waktu dalam lingkungan sosial dan ekonomi. Perubahan ini diperburuk selama Tanzhimat, ketika bentuk-bentuk hidup Barat mendominasi sistem pendidikan, kehidupan sehari-hari, dan perilaku sosial, dan ketika merayap ke kedua pribadi dan ruang publik Kekaisaran, menyebabkan setiap hubungan sosial dan individu berubah. Kehidupan sosial madrasah itu konstan, namun tidak bisa memberikan alternatif organisasi sosial atau gaya hidup bagi masyarakat yang sudah terkena perubahan mental secara imajiner. Konsepsi yang hidup tidak dapat mengatasi dengan realitas masyarakat, dan tidak bisa menghasilkan solusi untuk masalah-masalah sosial. Mobilitas sosial dan budaya juga melemah. Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa banyak dari masyarakat sangat ingin untuk melepaskan diri dari sejarahnya sendiri, dari akar sosial, tetapi ingin mengintegrasikan dengan kehidupan dan gaya barat. Dengan demikian, masyarakat mengalami keterasingan dari bentuk perusahaan madrasah dan menghormati identitas diri pendidikan.
Pendidikan madrasah menyimpang, sedangkan logika operasional dan instruksional yang dikembangkan di Barat melampaui model madrasah di segala bidang, dari teknik informasi untuk teknologi industri dan militer. Madrasah membeku dalam logika formal dan tidak meninggalkan ruang untuk renovasi atau perbaikan. Banyak informasi berguna yang dihafalkan. Pikiran telah dipenuhi oleh pengetahuan dan teori-teori yang tidak lagi praktis atau berlaku untuk kehidupan sehari-hari. Melihat kembali ke masa itu, diskusi tidak lagi bermakna bagi kita. Madrasah dan maktab telah kehilangan legitimasi budaya sosial mereka. Namun demikian, penting untuk mengamati dasar historis dan sosial dari madrasah sehingga untuk menganalisis sifat seorang sarjana berbasis madrasah dan aktivis.
4.2.1 Madrasah dengan Maktab
Madrasah adalah institusi pendidikan independen yang tidak tunduk pada pemeriksaan negara, madrasah juga biasa disebut sebagai sekolah agama karena ajaran agama islam lebih banyak diajarkan dalam institusi ini dari pada pelajaran umum. Semuanya dilakukan oleh berbagai yayasan. Masyarakat Utsmani secara sosial yang kohesif. Keluarga kaya adalah untuk memberkati entitas mereka untuk kebaikan masyarakat, tanpa mempertimbangkan kepentingan selain masalah agama dan moral. Namun demikian, pada awal abad ketujuh belas, tatanan sosial dan ekonomi negara mulai menurun, yang membuka jalan bagi penyelewengan lembaga wakaf, dan kemudian pendidikan madrasah dan sistem pelatihan. Sedangkan maktab adalah institusi pendidikan umum dimana dalam institusi tersebut diajarkan pelajaran-pelajaran umum dan pelajaran agama sangat sedikit diajarkan sehingga disebut sebagai sekolah sekuler.
Gülen adalah seorang aktivis yang dibesarkan di madrasah (sekolah agama). Gülen pertama kali mendapatkan pengetahuan kehidupan dasar, akal, keyakinan, dan tindakan. Selama berabad-abad, madrasah adalah lembaga yang dibangun untuk fondasi intelektual, politik, dan hukum Kekaisaran Ottoman. Menonjol dalam munculnya Utsmani dan peradaban Turki-Islam tidak dapat direndahkan. Madrasah adalah lembaga paling mendasar yang membentuk pola pikir Ottoman, identitas, sumber pengetahuan, dan pandangan dunia, serta jenis resmi dan organisasi sosial. Karena madrasah adalah lembaga independen yang bebas dari pemeriksaan negara dan intervensi, itu dibentuk oleh karakteristik sosial dan keagamaan yang dominan. Itulah mengapa ia kuat ketika masyarakat Ottoman tampak sehat dan bersemangat. Masyarakat stabil karena negara itu kuat. Alasan lain yang penting kekompakan stabilitas sosial, agama, dan moral. Seiring waktu berlalu, namun faktor eksternal dan internal menyebabkan penurunan Ottoman, dan ikatan sosial melemah. Hal ini menyebabkan perubahan sosial untuk mengguncang. Karena ketidakstabilan ekonomi dan politik, keluarga kaya tidak lagi merasa aman atau aman. Oleh karena itu, mereka juga tidak menyumbangkan kekayaan mereka atau mereka mulai membentuk yayasan khusus untuk mereka sendiri. Keluarga-keluarga ini dikonversi kedalam yayasan mereka menjadi bentuk dari mana mereka mencari nafkah. Oleh karena itu, yayasan gagal untuk mempertahankan status sosial dan keagamaan. Yayasan keluarga menjadi salah satu faktor yang menumbangkan sistem madrasah, sebagai kelas istimewa dan staf menjadi lebih dominan dalam madrasah. Yayasan wali mulai menunjuk orang-orang tidak mampu sebagai manajer dan guru, dan madrasah diubah dari pusat belajar di mana ilmu pengetahuan diproduksi ke tempat di mana hanya sejarah ilmu diajarkan tanpa berpikir analitis. Akhirnya, politik menembus sistem madrasah, dan merampas kemerdekaan madrasah sebagai sebuah institusi. Sementara independen, madrasah telah mencapai klimaksnya dalam hal pengaruh agama, sosial, dan budaya.
Tentu saja, ada alasan-alasan budaya, sosial, dan budaya lain yang menyebabkan runtuhnya madrasah. Faktor-faktor lain termasuk munculnya negara-negara Eropa sebagai kekuatan super, dan kekuatan gerakan westernisasi mempengaruhi kebijakan negara selama periode Tanzhimat. Ini merupakan hasil dari gerakan-gerakan seperti mengimpor dan mengganti pola pikir Barat, dan tujuan untuk mengubah kehidupan sosial dan budaya. Perkembangan seperti mengharuskan madrasah dan sistem pendidikan dikaji ulang. Selama periode menurun dari pemerintah Ottoman, sistem pendidikan dan pelatihan tidak bersatu. Ada dua jenis sistem sekolah:
- Sekolah Islam (maktabs sibyan, madrasah, sekolah-sekolah militer berbagai Enderun, dan lainnya).
- Sekolah Non-muslim (sekolah Bulgaria, masyarakat Yunani, Armenia, Yahudi, Serbia, dan lainnya).
Sekolah-sekolah ini berbeda satu sama lain sehubungan dengan metodologi mereka, filsafat pendidikan, dan politik-keagamaan keyakinan.
Sekarang, mari kita telaah secara singkat subjek kita dari sudut pandang pelaku utama selama periode Tanzhimat, periode yang diantar dalam pendidikan yang baru dan sistem pelatihan. Para aktor utama dari periode Tanzhimat menyadari struktur hancur dari sistem pendidikan Utsmani. Mereka ingin menyatukannya dengan menggunakan sebuah proyek, sekuler liberal, dan modern. Mereka berpikir bahwa disintegrasi sistem pendidikan menyebabkan gangguan sosial dan difusi dan, terinspirasi oleh nilai-nilai budaya dan politik Barat, mereka bermimpi membangun masyarakat baru. Rencana mereka adalah untuk perubahan dan reformasi sistem madrasah-maktab, yang mereka pikir akan menjamin keharmonisan politik dan sosial masyarakat Utsmani. Rencana mereka sangat diperlukan dalam kaitannya dengan kesatuan sosial dan proyek westernisasi. Sedangkan sistem maktab baru selama Tanzhimat berhasil, proyek komunitas sekolah gagal. Reformasi pendidikan yang baru menciptakan sebuah dualitas yang luar biasa dalam budaya pendidikan Usmani, yaitu, periode "madrasah dibandingkan maktab." Pertama, reformasi Tanzhimat asing istimewa dalam pengembangan sekolah baik agama dan sekuler dalam Kekaisaran Ottoman. Karena pemimpin Tanzhimat itu bingung, mereka tidak meramalkan efek akhirnya ini mentalitas baru. Aktor ini tidak menyerap nilai-nilai Barat, mereka juga tidak beradaptasi mereka ke dalam proyek-proyek sosial mereka. Mereka hanya meniru Barat, dan karena mereka bertindak di apresiasi sejati dari masyarakat mereka sendiri, mereka tidak dapat membangun sistem pendidikan dan sosial yang koheren. Maktab sekuler dipisahkan dari madrasah, dan biaya infrastruktur dan fiskal dari maktabs baru membawa beban berat.
Dualitas dan persaingan antara madrasah dan maktab membagi kaum intelektual Turki dan politisi, dan memimpin mereka untuk terlibat dalam perjuangan kejam yang akhirnya menyebabkan kekalahan mengucapkan sistem madrasah dalam mendukung sistem maktab yang oleh dan besar tiruan sistem pendidikan Barat. Perjuangan ini berlangsung sampai 1924, ketika Republik mengundangkan hukum pendidikan unifikasi (Tevhid-i Tedrisat). Di era Republik, jumlah sekolah meningkat seiring dengan tingkat melek huruf, namun tingkat kemajuan tidak sama dalam hal kuantitas.
Kebingungan intelektual yang melanda elit Tanzhimat menyebabkan dilema "melawan maktab madrasah" situasi, karena ini elit menjadi korban visi buruk dieksekusi pendidikan tinggi di dunia modern. Anehnya, Deklarasi Tanzhimat (1839), dibesar-besarkan oleh para elite yang, tidak mengandung ketentuan-ketentuan rinci tentang pembelajaran dan pendidikan. Meskipun semua artikel yang dilakukan reformasi politik dan sosial, deklarasi, dianggap sebagai titik balik bagi Kekaisaran, tidak termasuk kebijakan reformasi pendidikan dasar. Islahat Keputusan (1856) menyinggung sedikit sistem pendidikan. Tapi sebelum sistem pendidikan Tanzhimat diwujudkan di madrasah, itu dimonopoli oleh negara di bawah kedua Tanzhimat dan Republik.
4.3 Pemilik Sekolah
Perusahaan didirikan di Turki untuk membuka sekolah-sekolah, yang kini telah tersebar di lima benua. Perusahaan-perusahaan ini diterapkan pada Departemen Pendidikan Nasional Turki dan menerima izin untuk membuka sekolah-sekolah. Setelah itu, guru-guru yang akan ditugaskan dipilih. Total lebih dari 4.000 hari, guru dipilih dari universitas Turki yang paling terkemuka. Semua dari mereka antara berumur 22 sampai 35 tahun, telah menerima kualitas tinggi pelatihan ilmiah, dan telah belajar bahasa Inggris secara sempurna.
Beberapa dari perusahaan tersebut adalah: CAG Ogretim Isletmeleri AS, Selale AS, Eflak AS, Kazak Turki Liseleri Genel Mudurlugu, Sebat AS, Silm AS, Taskent Egitim Sirketi, Serhat Egitim Ogretim pernah Saglik Hizmetleri AS, Tolerans Vakfi, Ufuk Egitim Vakfi, Toros Egitim Ticaret ve Turizm Hizmetleri AS, Karacay cerkes Toros Egitim Hiz. Tur. Ve Tic. AS, Palandoken Egitim Ogretim Hiz. AS, Dunae 94 IMS, Ozel Burg AS, Dostluk Yurdu Dernegi, Internasional Harapan Ltd Perusahaan, Balkanlar Egitim ve Kultur Vakfi, SC Lumina SA Sirketi, Gulistan Egitim ve Ticaret Ltd Yayin IMS. Sema Egitim Ogretim Isletmeleri AS, Türkiye Saglik telah Tedavi Vakfi, Yayasan Yenbu Indonesia.
4.4 Fethullah Gülen dan Sekolah-Sekolah
Fethullah Gülen adalah pencetus ide untuk membuka lembaga pendidikan elit, membuat komentar berikut: "Faktor manusia terletak di dasar semua masalah kita, untuk semua masalah dimulai dan diakhiri dengan orang. Pendidikan adalah cara terbaik untuk bebas dari sistem yang rusak baik fungsi sosial atau kehidupan yang baik. Dalam hal ini, seperti mengajar adalah profesi paling suci, layanan terbaik untuk satu negara atau bangsa yaitu melalui pendidikan.
"Ketika Gülen belajar di Kursunlu atau Erzurum sekitar usia 12 atau 13, ia akan memiliki buku berbahasa Arab di satu tangan dan sebuah peta di lain dan ia akan bertanya: "Tuhan, bagaimana kita bisa menyelamatkan generasi muda dari yang terbuang? Bagaimana kita bisa menjadi sebuah negara tanpa masalah yang belum terpecahkan "Sebagai manusia Gülen akan membuat rencana, untuk inilah Gülen tumbuh dengan mimpi-mimpi. Gülen tidak pernah punya tujuan lain dalam hidup, atau memikirkan memiliki rumah yang bagus, anak-anak, dan sebuah mobil, dan yang lainnya. Sebagai orang yang tumbuh dengan perasaan dan tujuan ia melayani negara dan bangsa, dan jika layanan ini awalnya melalui pendidikan, minat Gülen dalam pendidikan adalah sebagai alam seperti air mengalir, atau matahari terbit, dan terbenam.
"Turki tidak dapat terputus dari dunia. Ketika itu dipotong, itu seperti cabang patah dari pohon yang tidak bisa hidup, sehingga akan mongering. Turki harus diintegrasikan dengan dunia, seperti dalam sebuah integrasi, terutama dengan negara-negara yang dapat kita membentuk ikatan yang tulus dan kedekatan adalah mereka dari Asia Tengah. Satu cara kita adalah cabang dari tunas yang sama. "Orang Turki loyal mendukung gagasan ini, dan sekolah mulai dibuka di Asia Tengah. Beberapa dari mereka sekarang telah mandiri. Kami berkesempatan dan mencoba untuk mengambil keuntungan dari itu dengan percaya di dalamnya dan menjadi sadar akan tanggung jawab kami. "Turki membutuhkan pencerahan. Kita perlu memberikan arahan kepada teman-teman kami. Mereka yang membangun masjid ingin membuka program Al-Qur'an di samping mereka aku berkata:" Masjid yang indah, kita memiliki rasa hormat terbesar bagi mereka Namun, akan lebih baik. jika Anda membuka sebuah sekolah. "Negara kita membutuhkan teknisi dibedakan dan terlatih dan ilmuwan sosial. Dari awal Gülen telah mencoba untuk memberikan saran untuk teman-temannya. Ia tidak pernah secara aktif terlibat dalam upaya ini. Gülen tidak pernah meminta rumah dan rumah di dunia ini. Gülen menggunakan kepercayaan teman-temannya dalam dirinya seperti kartu kredit untuk layanan pendidikan, ia melakukan semua ini dengan niat baik untuk teman-temannya."
Pembahasan
5.1 Solusi Masalah Mendasar
Penyelesaian masalah mendasar tentu harus dilakukan secara fundamental. Penyelesaian itu hanya dapat diwujudkan dengan melakukan perombakan secara menyeluruh yang diawali dari perubahan paradigma pendidikan sekular menjadi paradigma Islam. Hal ini sangat penting dan utama. Artinya, setelah masalah mendasar diselesaikan, barulah berbagai macam masalah cabang pendidikan diselesaikan, baik itu masalah aksesibilitas pendidikan, relevansi pendidikan, pengelolaan dan efisiensi, hingga kualitas pendidikan. Solusi masalah mendasar itu adalah dengan melakukan pendekatan sistemik yaitu secara bersamaan melakukan perubahan paradigma dalam penyelenggaraan sistem ekonomi yang kapitalistik menjadi islami, tatanan sosial yang permisif dan hedonis menjadi islami, tatanan politik yang oportunistik menjadi islami, dan ideologi kapitalisme-sekuler menjadi mabda islam, sehingga perubahan sistem pendidikan yang materialistik juga dapat diubah menjadi pendidikan yang dilandasi oleh aqidah dan syariah islam sesuai dengan karakteristiknya. Perbaikan ini pun perlu dilanjutkan dalam perbaikan aspek formalitas, yaitu dengan dibuatnya regulasi tentang pendidikan yang berbasiskan pada konsep syari’ah islam.
Salah satu bentuk nyata dari solusi mendasar itu adalah mengubah total UU Sistem Pendidikan yang ada dengan cara menggantinya dengan UU Sistem Pendidikan (Syari’ah) Islam. Hal paling mendasar yang wajib diubah tentunya adalah asas sistem pendidikan. Sebab asas sistem pendidikan itulah yang menentukan hal-hal paling prinsipil dalam sistem pendidikan, seperti tujuan pendidikan dan struktur kurikulum.
5.2 Prestasi Pada Olimpiade Nasional dan Internasional
Siswa-siswa yang mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah yang terinspirasi oleh Gülen banyak yang sudah mengikuti dan menjadi juara pada kompetisi intelektual nasional dan internasional serta Olimpiade. Misalnya, satu sekolah mencapai tempat kedua di antara beberapa lima ribu sekolah swasta di dunia dalam uji sertifikat Sekolah Menengah Kenya, dan kesembilan di antara sepuluh ribu semua sekolah swasta dan publik di Kenya (Kalyoncu, 2008). Selain itu, 15 siswa dari sekolah-sekolah yang terinspirasi oleh Gülen di Afrika Selatan diantara adalah 200 siswa terbaik di Olimpiade Matematika Nasional pada tahun 2006. Juga salah satu dari enam sekolah yang berbasis di Johannesburg dianugerahi gelar dari sekolah sains terbaik di negeri tersebut (Keuangan, 2009). Selanjutnya, Lembaga Pendidikan Internasional Sebat didirikan pada tahun 1992 telah mencapai reputasi tinggi untuk kualitas pendidikan melalui hasil yang sangat baik dalam kompetisi ilmiah nasional dan internasional. Selama keberadaan mereka telah memenangkan 216 medali kompetisi nasional dan 57 internasional. Para lulusan dari sekolah-sekolah ini juga banyak yang melanjutkan pendidikan mereka di universitas-universitas nasional dan internasional yang bergengsi di lebih dari 24 negara di seluruh dunia, termasuk Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa (Keles 2007).
Selain itu, sekolah di Azerbaijan telah berpartisipasi dalam Olimpiade internasional di Amerika Serikat, Inggris, Italia, Korea Selatan, Rumania, dan Nigeria. Mereka telah memenangkan total 429 medali termasuk 87 Emas, 138 Perak dan Perunggu 204 dalam 16 tahun keberadaannya. Demikian pula, enam siswa dari Isik College di Dandenong memenangkan penghargaan Perbedaan Tinggi di Kompetisi Geografi Australia National Geographic Channel pada tahun 2009, yang menarik 90.000 entri dari seluruh Australia (Pemimpin 2009). Keberhasilan dalam olimpiade ini juga lazim di sekolah yang didirikan di Rusia, sebagai dua siswa memperoleh juara pertama dan kedua dalam Olimpiade Ekologi Rusia yang diselenggarakan oleh Moscow State University pada tahun 2007. Tatar Turki School Girls dicapai 52 medali mulai dari emas, perunggu di Olimpiade nasional dan internasional pada 10 tahun (Alimuhamedov 2007).
Sekolah-sekolah ini juga di Indonesia telah berdiri yaitu sekolah mitra kerja Pasiad diantaranya Pribadi Bilingual Boarding School di Depok, Semesta Bilingual Boarding School di Semarang, Pribadi Bilingual Boarding School di Bandung, Fatih di Aceh, Kharisma Bangsa Bilingual Boarding School di Tangerang, Sragen Bilingual Boarding School di Sragen dan Kesatuan Bangsa School di Yogyakarta. Proses pembelajaran di Sekolah mitra kerja Pasiad diorientasikan pada pencapaian prestasi siswa, baik prestasi akademis maupun non-akademis. Sejauh ini kondisi tersebut telah dibuktikan dengan berhasilnya para siswa meraih berbagai prestasi di berbagai ajang baik tingkat lokal, nasional maupun internasional. Lulusan dari sekolah mitra kerja Pasiad ini juga banyak diterima diperguruan tinggi ternama di Indonesia dan Turki.
Sekolah mitra kerja Pasiad mendukung sepenuhnya upaya pencapaian prestasi dengan memberikan beasiswa pendidikan bagi mereka yang terpilih dan menyediakan fasilitas pembelajarannya berupa program persiapan olimpiade, baik untuk tataran nasional maupun internasional. Dengan keberhasilan sekolah yang terinspirasi oleh Gülen jelas menjadi pilihan banyak orang tua yang ingin menyekolahkan anak-anak mereka sehingga sekolah-sekolah menghadapi permintaan tinggi namun ruang terbatas. Misalnya, pada tahun 2006, sekitar 55.000 siswa yang mendaftar untuk sekolah di Kyrgyzstan, namun hanya 900 siswa yang memiliki kesempatan untuk masuk (Dogu 2010).
5.3 Kinerja Hizmet
Kinerja hizmet merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh Fethullah Gülen dan pendukungnya, salah satunya dalam bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah dengan mengedepankan ilmu pengetahuan dengan pemanfaatan teknologi modern yang menjadi sarana pembelajaran pada sekolah-sekolah tersebut guna menyelaraskan proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah dengan perkembangan teknologi yang terus berkembang dimasyarakat, ditunjang dengan adanya tenaga pendidik yang profesional baik dari dalam maupun luar negeri. Di Indonesia sendiri gerakan ini dilakukan dengan menyeleksi para pelajar yang berprestasi dengan menyelenggarakan kompetisi matematika nasional PASIAD yang dilakukan di seluruh sekolah di Indonesia yang kemudian disaring untuk mendapatkan beasiswa pendidikan bagi pelajar yang lolos seleksi.
Kinerja hizmet dalam sektor pendidikan merupakan suatu langkah untuk menuju tercapainya tujuan dalam pendidikan untuk generasi penerus yang dapat mengembangkan moral yang lebih baik serta menghasilkan pelajar-pelajar yang berprestasi. Peran dan fungsi hizmet dalam bidang pendidikan dimasa yang akan datang sangat dibutuhkan untuk kemajuan dan tercapainya tujuan dalam pendidikan yaitu menghasilkan para lulusan berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik yang siap menghadapi tantangan dan mampu bersaing dimasa depan.
Kesimpulan
4.1. Kesimpulan
1. Fethullah Gülen adalah tokoh pemikir asal Turki yang mengembangkan konsep pendidikan berbasis pada moral dan juga yang mempelopori gerakan ‘Hizmet’
2. Gerakan "hizmet" berasal dari arti kata kamus Turki yaitu makna ‘melayani’.
3. Gerakan Fethullah Gülen adalah sebuah gerakan sosial non-konfrontatif yang menyesuaikan diri dengan status quo, hukum yang ada, budaya, dan norma-norma dari masing-masing negara di mana ia bekerja.
4. Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar yang teratur dan sitematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
5. Aspek-aspek dalam pendidikan antara lain:
- Pendidikan budi pekerti atau pendidikan akhlak,
- Pendidikan kecerdasan,
- Pendidikan sosial atau kemasyarakatan,
- Pendidikan Agama,
- Pendidikan kewarganegaraan,
- Pendidikan keindahan atau estetika,
- Pendidikan jasmani
6. Mengajar berarti menyerahkan atau manyampaikan ilmu pengetahuan atau keterampilan dan lain sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan cara-cara tertentu sehingga ilmu-ilmu tersebut bisa menjadi milik orang lain.
7. Mendidik berarti memberikan ilmu pengetahuan ataupun keterampilan, dan juga menanamkan pada anak didik mengenai nilai moral, dan norma-norma susila yang tinggi dan luhur.
8. Perbedaan mengajar dengan mendidik terletak pada eksistensinya, eksistensi mendidik terletak pada tujuan mendidik, sedang mengajar terletak pada materi.
9. Kurikulum yang diterapkan di sekolah mengacu pada kurikulum nasional yangdiperkuat dengan kurikulum yang dikembangkan berorientasi pada kurikulum nasional dan internasional.
10. Menurut Gülen, pendidikan akan memungkinkan untuk membentuk generasi baru dari orang-orang yang akan dapat menggunakan pengetahuan ilmiah sesuai dengan etika dan untuk memimpin masyarakat pada jalan yang benar.
11. Menurut Gülen keberhasilan pendidikan tidak hanya tergantung pada prestasi akademik pelajar, tetapi juga harus mencakup penekanan pada karakter mahasiswa individu, serta nilai-nilai moral dan etika.
12. Misi hidup Fethullah Gülen adalah menyatukan gerakan Islam yang baru, menghasilkan generasi yang cakap dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, sukses dalam ekonomi pasar bebas secara global, namun tetap taat menjalankan perintah Islam.
13. Pelajar-pelajar yang mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah yang terinspirasi oleh Gülen banyak yang sudah mengikuti dan menjadi juara pada kompetisi intelektual nasional dan internasional serta Olimpiade.
14. Pendidikan, cinta, saling menghormati, dan filantropi adalah satu-satunya pendekatan untuk membangun perdamaian dan harmoni di antara umat manusia. salah satu faktor penting dalam meminimalkan konflik adalah menghormati umat manusia dan hanya dapat dicapai melalui informasi, interaksi, dan saling pengertian.
15. Kinerja hizmet dalam sektor pendidikan untuk masa yang akan datang sangat diperlukan dan perlu dikembangkan untuk menghasilkan para pelajar yang berprestasi dalam bidang akademik maupun nonakademik yang mampu bersaing.
Daftar Pustaka
Aymaz, A. (2009). "The Gülen Movement: Past and Present." Retrieved 29 Sep, 2010, from http://fgulen.com/en/gulen-movement/conference-papers/gulen-conference-in-melbourne/26789-the-gulen-movement-past-and-present.
Agai, B. (2002). "Fethullah Gülen and his Movement's Islamic Ethic of Education." Critique: Critical Middle Eastern Studies 11(1): 27 - 47.
Gülen, M. Fethullah. 1999. Hubungan Islam dan Ilmu Pengetahuan dan Konsep Ilmu, Oktober-Desember 1999. Edisi 28.
Keles, I. (2010) "Contributions of the Gülen Schools in Kyrgyzstan." Retrieved 19 sep, 2010, from) http://fgulen.com/en/gulen-movement/conference-papers/contributions-of-the-gulen-movement/25836-contributions-of-the-gulen-schools-in-kyrgyzstan. (diakses 24 Oktober 2011)
Keskin, V. (2010). "Gülen Inspired Schools: Glocal Schools serving with Integrity and Sincerity "Retrieved 26 sep, 2010, from http://gulenschools.org/component/content/article/120-glocal-schools-serving-with-integrity-and-sincerity. (diakses 20 September 2011)
Muhamad Shidiq Al-Jawi. Pendidikan Di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Artikel. http://www.khilafah1924.org. (diakses 20 September 2011)
http://blog.appidi.or.id/?p=430; makalah pendidikan tahun 2007. (diakses 20 September 2011)
http://dzarmono.wordpress.com/2007/06/11/makalah-pendidikan tahun 2008. (diakses 20 September 2011)
http://www.fethullahgulenchair.com/ (diakses 28 November 2011)
http://fgulen.com/en/fethullah-gulens-works/thought/recent-articles/26994-fethullah-gulen-haya-modesty (diakses 28 November 2011).
http://www.tyasmm84.blogspot.com/2008/01/profesi-teknologi-pendidikan.html.
- Dibuat oleh