Surah an-Nuur [24]: 35
اللَّوُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالَْْرْضِ
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.” (QS An-Nuur, 35)
Firman Allah di atas mengisyaratkan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu, agar kebesaran-Nya dapat disaksikan mata dan dapat dibaca oleh orang-orang yang beriman. Adapun yang dapat memanfaatkan cahaya yang diberikan oleh Allah hanyalah orang-orang yang beriman, sedangkan orang-orang yang tidak dapat memanfaatkan cahaya yang diberikan Allah adalah orang-orang yang sesat.
Perlu diketahui bahwa seorang yang berilmu tidak dapat mencapai keimanan dan keimanan tidak dapat mencapai pengenalan atau ma’rifat dan ma’rifat tidak dapat mencapai kepada perasaan yang dalam, kecuali jika dapat pertolongan dari Allah yang menjadi sumber segala bentuk cahaya di alam semesta.
Hanya dengan cahaya dari Allah seorang dapat melihat cahaya matahari dan berbagai warna dan bentuk yang indah di atas bumi, kemudian akan timbul kemampuan untuk melihat di dalam kalbu dan dari situ akan timbul kerinduan dan pemikiran di dalam otak, sehingga orang-orang yang mendapat pancaran cahaya dari Allah akan mendapat keimanan yang teguh. Karena itu, jika seorang ingin mendapat keimanan yang teguh, maka ia harus memperdalam pengertiannya terhadap kandungan isi Al-Qur’an, karena kitab suci Al-Qur’an adalah keterangan yang pasti dan nyata yang datangnya dari Allah, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut,
قَدْ جَۤاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ
Artinya, “Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.” (QS An-Nisaa’, 174)
Seorang yang telah mendapat cahaya dari Allah, maka ia dapat mengenal ajaran Rasulullah Saw. yang di dalam Al-Qur’an beliau Saw. disebut sebagai cahaya dan pelita yang sinarnya terus menerus memancar ke berbagai penjuru, seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut,
وَجَعَلَ فيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنيرًا
Artinya, “Dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” (QS Al-Furqaan, 61)
Sebagai kesimpulannya, jika sesuatu diberi pancaran nur Ilahi atau barangsiapa mendapat pancaran nur Ilahi, maka segala sesuatu yang terlihat oleh kedua matanya akan terlihat tumbuh dan berkembang, karena nur atau cahaya Ilahi adalah cahaya yang benar, sedangkan cahaya-cahaya yang lain semuanya bersumber dari cahaya Ilahi. Karena itu, Allah berfirman bahwa Allah adalah sumber cahaya bagi apa saja yang ada di langit dan di bumi. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di alam semesta ini merupakan salah satu bukti adanya pancaran nur atau cahaya Ilahi, seperti yang disebutkan dalam firman Allah,
اللَّوُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالَْْرْضِ
Artinya, “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.” (QS An-Nuur,35)
Dalam kesempatan ini, perlu kami terangkan bahwa ada sebagian orang yang tidak dapat membedakan antara cahaya atau nur dengan sinar atau Dhou’, kemudian ia menganggap bahwa kecepatan cahaya sama dengan kecepatan sinar. Perlu diterangkan di sini bahwa cahaya dan sinar adalah berbeda, karena Allah tidak menyebutkan bahwa Dia adalah sinar bagi langit dan bumi. Karena itu, kita harus memahami bahwa Dzat Allah adalah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi bukan pemberi sinar bagi keduanya, karena Allah adalah sumber cahaya dan Allah Maha Suci dari masa dan tempat. Karena itu, Nabi Muhammad Saw. ketika dimi’rajkan oleh Allah ke langit hingga ke Sidratul Muntaha, jasad dan ruh beliau Saw. pergi ke alam atas itu dalam jangka yang sangat pendek, bahkan dikatakan bahwa tempat pembaringan beliau Saw. masih terasa hangat oleh tubuh beliau Saw., seolah-olah beliau Saw. pada waktu itu sudah terlepas dari batasan masa.
Perlu diketahui pula bahwa cahaya Allah bukanlah makhluk, karena cahayacahaya yang lain semuanya bersumber dari Dzat dan cahaya Allah.
Dalam kesempatan ini dapat kami sebutkan sabda Nabi Saw.,
أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللهُ نُوري
Artinya, “Awal mula yang diciptakan oleh Allah adalah cahayaku.”[1]
Maksudnya, asal mula yang ditempatkan oleh Allah di dalam rahim seseorang adalah cahaya Nabi Saw..
Kesimpulannya, hendaknya kita harus membedakan antara cahaya atau nur dengan sinar atau Dhou’, karena sumber Dhou’ adalah nur. Dhou’ adalah penampilan cahaya di dunia, sedangkan nur atau cahaya memiliki berbagai bentuk mulai dari manusia hingga makhluk-makhluk yang ada di alam atas.
Sebagai penutup dari keterangan ini, marilah kita berdoa,
اَللّٰهُمَّ يَا نُورَ النُّورِ يَا مُنَوِّرَ النُّورِ يَا مُصَوِّرَ النُّورِ يَا مُقَدِّرَ النُّورِ نَوِّرْ قُلُوبَنَا وَحَوَاسَّنَا بِنُورِ مَعْرِفَتِكَ وَأَيِّدْنَا بِرُوحٍ مِنْ عِنْدِكَ وَصَلِّ اللّٰهُمَّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذي جَعَلْتَهُ قَمَرًا مُنيرًا وَعَلٰى اٰلِه وَأَصْحَابِهِ اقْتَدَوْا بِه شِبْرًا وَشِبْرًا
Artinya, “Ya Allah, wahai Pencipta cahaya, wahai Pembentuk cahaya, wahai Yang menjadikan cahaya, berilah kalbu dan indra kami cahaya dari cahaya ma’rifat-Mu dan berilah dukungan kepada kami dengan ruh dari sisi-Mu. Ya Allah, limpahkanlah selalu shalawat dan salam kepada junjungan kami, Muhammad Saw. yang telah Engkau jadikan sebagai pembawa cahaya yang terang benderang beserta segenap keluarga dan sahabat beliau yang mengikuti jejak perjalanan beliau Saw. dengan baik.”
[1] HR.Kasyful Khofai Al-Ajiluni 1/265-266.
- Dibuat oleh