Surah al-Baqarah [2]: 44
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?,” (QS al-Baqarah [2]: 44)
Meskipun ayat di atas ditujukan hanya kepada sekelompok Bani Israil secara langsung, tetapi kandungannya juga ditujukan kepada umat Islam secara isyarat bahwa manusia tidak boleh menyuruh orang berbuat baik, sedangkan dirinya sendiri tidak mau melakukannya. Ada ayat lain yang mengatakan sebagai berikut, “Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan?,” (QS al-Shaff [61]: 2).
Maksud ayat tersebut adalah, “Mengapa kalian (orang beriman) mengatakan sesuatu yang kalian sendiri tidak mau melakukannya ?”
Jika ucapan seorang bertentangan dengan perbuatannya yang terdapat di dalam dua surat di atas, maka seorang yang mengucapkan sesuatu harus merealisasikan dalam perbuatannya. Ucapan tidak boleh bertentangan dengan perbuatan, seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Allah berfirman kepada Nabi Isa as., “Nasihatilah dirimu lebih dulu, jika ia menerima nasihatmu, maka nasihatilah orang lain. Jika tidak, hendaknya engkau merasa malu kepada-Ku.”
Hendaknya seorang hidup menurut keyakinannya. Dan, semuanya harus disesuaikan dengan keyakinan yang ada di dalam kalbunya, baik pikirannya maupun perasaannya, kemudian dengan perbuatannya. Siapapun yang tidak pernah melakukan shalat malam, maka janganlah ia menasihati orang lain untuk melakukan shalat malam. Jika tidak, hendaknya ia malu kepada dirinya sendiri. Siapapun yang tidak dapat melakukan shalat dengan khusyu’ dan tenang, janganlah menasihati orang lain untuk melakukan shalat dengan khusyu’ dan tenang. Siapapun yang tidak dapat berkurban, janganlah menyuruh orang lain berkurban. Hubungan Allah sangat kuat pengaruhnya dengan ucapan seorang yang mengucapkan, tetapi ia tidak mau merealisasikan dalam perbuatannya. Pikirkan baik-baik bahwa banyak orang yang berbicara untuk membela Islam, tetapi mereka tidak dapat merealisasikan dalam perbuatannya. Bahkan, banyak perbuatan mereka yang bertentangan dengan ucapan mereka.
Syeikh Musthafa Shabri Affandi berkata, “Orang-orang semacam itu tidak pernah ikhlas dalam ucapannya dan tidak pernah merealisasikan apa yang mereka tulis. Andaikata mereka merealisasikan ucapan dan tulisannya dalam perbuatan yang nyata, maka mereka tidak hidup dalam keraguan.”
Karena itu, kami lihat buku seperti ini, meskipun ditulis dengan niat untuk mengabdi kepada Islam, tetapi jawabannya banyak yang membingungkan pikiran orang lain, karena yang menulis tidak pernah merealisasikan dalam perbuatannya. Karena itu, wajib kami membahas bagaimana caranya untuk memberi pengaruh dalam perbuatan. Karena itu, kami wajib menghormati seorang mursyid dan mubaligh yang ikhlas dalam kata-katanya dan perbuatannya. Mereka hidup dengan ilmunya dan mengetahui cara menyampaikan ilmunya pada orang lain, sehingga ucapannya tidak bertentangan dengan perilakunya.
Di sini wajib kami sebutkan suatu yang lain yaitu cara memahami firman Allah, “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?,” (QS al-Shaff [61]: 2).
Maksud ini, “Janganlah kamu menyuruh kebaikan kepada orang lain sebelum kamu melakukannya, karena melakukan suatu kebaikan adalah ibadah dan menyuruh orang lain berbuat kebaikan juga termasuk ibadah. Siapa saja yang tidak sesuai ucapannya dengan perilakunya, maka ia mendapat dosa dua kali lipat.” Karena itu, jauhilah kedua perbuatan semacam itu. Seorang yang mendengar nasihat orang lain, ia akan melihat perilaku penasihatnya. Jika penasihatnya mengamalkan nasihatnya, ia akan mencontoh nasihat dan perilakunya.
Perlu diketahui bahwa menyuruh kebaikan kepada orang lain dan mencegah perbuatan munkar dari orang lain, tetapi penyuruhnya tidak mau melakukan untuk dirinya sendiri, maka ucapannya akan mengurangi nilai bagi orang lain. Peringatan itu telah disebutkan dalam firman Allah di atas, agar seorang yang berakal sehat tidak terjebak di alam kebingungan, karena ucapannya bertentangan dengan perilakunya. Karena itu, bagi seorang pemberi nasihat, seorang mubaligh, dan seorang yang menyusun sebuah rencana yang bagus, hendaknya mereka merealisasikan dalam perbuatannya masing-masing. Jangan sampai seorang mengatakan sesuatu, tetapi ia tidak mengamalkannya dalam dirinya.
- Dibuat oleh