Terbunuhnya Seseorang dan Tidak Bertanggungjawabnya Si Pembunuh
Pertanyaan. Jika kematian seseorang dan cara matinya telah ditetapkan oleh Allah Swt. dalam ketetapan takdir-Nya, maka bagaimanakah dosa para pembunuh?
Jawaban. Memang ajal dan cara mati seorang telah ditetapkan oleh Allah Swt. dalam catatan takdir-Nya. Tidak seorang pun dapat menghindarkan diri dari ketetapan Allah Swt. sedikit pun. Karena, semua itu akan berjalan menurut ketentuan dan ketetapan Allah Swt. dalam kondisi hidup hingga matinya. Ilmu pengetahuan modern telah membuktikan, bahwa segala kejadian yang menakjubkan di alam semesta ini; seperti pergantian siang dan malam, pasang surutnya air laut serta sungai, tumbuh dan matinya tanaman, juga tumbuh-tumbuhan, bencana serta pertumbuhan, semua itu terjadi dengan perhitungan yang sangat teliti. Sehingga mengagumkan setiap pikiran manusia yang mau berpikir. Banyak para ahli dan ilmuwan mengadakan berbagai studi dan penelitian secara ilmiah untuk menyelidiki berbagai rahasia yang terjadi di alam semesta ini. Hingga mereka sampai pada kesimpulan, bahwa banyaknya penelitian dan studi yang mereka lakukan itu memunculkan berbagai capaian ilmiah yang hanya bisa diketahui oleh mereka yang ahli di bidangnya saja. Dan, semua itu membuat mereka merasakan ketakjuban yang luar biasa.
Kami tidak ingin membahas tentang ilmu-ilmu ilmiah dalam buku ini, akan tetapi kami hanya ingin menyebutkan betapa penting kedudukannya. Agar kita semua mengerti secara mendalam bagaimana telitinya ilmu Allah Swt. dalam menghidupkan segala sesuatu di alam semesta ini. Sehingga ada sebagian ilmuwan yang ingin menerapkan sejumlah undang-undang yang terjadi di alam semesta ini bagi umat manusia. Alhasil, kita harus meyakini baik-baik bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini menurut kehendak Allah Swt. yang telah tertuang di dalam garis takdir-Nya.
Generasi Islam dewasa ini banyak yang dipengaruhi oleh pemikiran modern dari negara-negara Barat. Sehingga pandangan mereka terhadap keyakinan agama Islam kurang mantap. Terutama terhadap masalah takdir Allah Swt. yang bersifat pasti atau otoriter, dan tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh kehendak manusia. Apalagi jika harus bersentuhan dengan pemahaman orang Barat dalam hidup ini yang hanya bertujuan sebagai sarana untuk mencari nilai tambah atau keuntungan duniawi semata, sehingga tidak memikirkan segala sesuatu yang bersifat batin (alam akhirat).
Meskipun pada awalnya takdir Allah Swt. itu bersifat otoriter terhadap semua makhluk-Nya, termasuk juga terhadap manusia, akan tetapi manusia masih diberi kesempatan untuk menentukan kehendaknya secara bebas, meskipun kehendak manusia yang bebas itu tetap harus didasari dengan ketetapan dari sisi-Nya.
Sebenarnya, pertanyaan di atas timbul dari ketidakmengertian kita dari sisi yang sesungguhnya tentang jati diri manusia. Oleh karena itu, kami berusaha untuk memberikan pengertian yang selaras antara manusia dengan makhlukmakhluk yang lain. Adapun masalah yang lain (selain manusia) laksana penerimaan keluasan ilmu Allah Swt. terhadap sesuatu yang bersifat ‘azali. Meskipun manusia diberi kewenangan untuk berkehendak, sedangkan makhluk-makhluk yang lain tidak diberi kewenangan untuk berkehendak, justru itulah yang menyebabkan manusia pantas kalau dimintai pertanggunganjawaban atas segala perbuatan mereka yang baik ataupun yang buruk. Walau kehendak yang dimiliki manusia hanya sedikit saja, akan tetapi Allah Swt. memberi kesempatan buat manusia untuk berkehendak menuju kebaikan atau keburukan, sehingga manusia harus mempertanggungjawabkan semua kebaikan atau keburukan. Oleh karena itu, pahala atau siksa akan dikembalikan kepada kehendak manusia itu sendiri.
Untuk memahami masalah ini dengan baik, akan kami sampaikan contoh (ilustrasi) berikut ini. Andaikata Allah Swt. mengaitkan kejadian yang sangat besar kepada kehendak manusia, misalnya Allah berkata, ‚Jika kalian bernafas lebih dari batas yang ada, maka Aku akan mengubah keadaan yang ada di sekeliling kalian.‛ Andaikata kita menentang larangan tersebut, tentu Allah akan mengubah musim yang ada di sekitar kita, hingga tanggung jawabnya juga harus di tanggung di pundak kita. Meskipun ketetapan Allah Swt. itu sangat berat untuk ditanggung oleh manusia.
Contoh yang lain, sesungguhnya setiap orang yang melakukan keburukan akan dinilai dosa dan akan disiksa karenanya, atau akan diberi pahala karena ia telah berbauat kebajikan. Yang demikian itu adalah karena Allah Swt. telah memberi kesempatan kepada manusia menurut kehendak manusia itu sendiri. Sekarang mari kita perhatikan masalah pertanyaan ini sejenak, ‚Bagaimanakah cara mencocokkan antara ilmu Allah Swt. yang meliputi segala sesuatu dengan kehendak manusia?‛
Menurut ilmu Allah Swt. yang meliputi segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, dan apa saja yang ada di baliknya, semua itu telah diketahui sejak awal hingga akhirnya. Setiap orang, bagaimanapun bentuk dan kemauannya, maka semua itu telah diketahui oleh ilmu Allah Swt.. Sebab, Allah telah memberi kewenangan tersendiri kepada manusia untuk menentukan kehendaknya sendiri-sendiri, dan semua itu telah diitetapkan menurut kehendak Allah Swt. pada waktu sebelumnya.
Misalnya saja, jika ada seorang pembesar berkata kepada pembantunya, ‚Jika engkau menahan batukmu, maka aku akan memberimu hadiah yang banyak. Akan tetapi, jika engkau tidak dapat menahan batukmu, maka engkau akan mendapat siksa dariku.‛ Ucapan sang pembesar itu mempunyai arti, bahwa ia telah menerima kehendak para pembantunya.
Demikian juga andaikata Allah Swt. berkata kepada seseorang dari hamba-Nya, ‚Jika engkau tidak berkehendak ke sini, maka aku akan menjadikan engkau berkehendak ke sana. Karena, Aku yang berhak menetapkan segala kehendakmu yang sesuai dengan kehendakmu.‛ Maksudnya, Allah Swt. telah memberi keistimewaan tersendiri kepada manusia untuk menentukan kehendaknya sendiri.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan, bahwa manusia boleh berkehendak secara bebas, akan tetapi kehendak manusia itu sesuai dengan kehendak Allah Swt. dalam takdir-Nya. Seperti telah disebutkan di dalam firman Allah Swt. yang artinya, ‚Tidaklah kalian berkehendak apa pun, kecuali telah dikehendaki oleh Allah.‛
Kesimpulannya, takdir Allah Swt. adalah sesuai dengan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu dengan jelas. Allah Swt. Maha Mengetahui hakikat manusia, dan kecondongannya ke arah mana. Sebab, semua itu telah ditetapkan dalam takdir-Nya, dan sesuai dengan ilmu-Nya. Dengan kata lain, ilmu Allah Swt. dan takdir-Nya saling terkait erat. Dan, ilmu- Nya meliputi segala sesuatu. Allah Swt. Maha Mengetahui tentang manusia dan apa saja yang mereka niatkan di dalam sanubari mereka; baik itu berhubungan dengan niat yang baik maupun yang buruk. Oleh karena itu, Allah Swt. akan menakdirkan manusia berbuat sesuatu sesuai dengan kehendaknya, dan kehendak manusia adalah sesuai dengan kehendak-Nya.
Karena ketetapan tentang matinya seorang dan bagaimana caranya, juga kematian orang lain karena kecelakaan atau karena sebab yang lain tidak termasuk dalam pertanggungjawaban. Yang demikian itu karena takdir tentang orang itu telah ditetapkan sebelum alam semesta ini diciptakan oleh Allah Swt.. Apalagi, kehendak manusia akan disesuaikan dengan kehendak Allah Swt..
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita melihat kembali masalah ini kepada sumbernya yang pokok secara mendalam, dan meresapinya dengan baik. Sebab, apa yang kami terangkan di atas hanyalah bagian dari keterangan yang bersifat umum. Masih banyak contoh detail lainnya yang tentunya lebih update dengan konteks kekinian.
- Dibuat oleh