Memperbaiki Benteng yang Mengalami Kerusakan Selama Berabad-Abad
Pertanyaan: Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam usaha memberi solusi pada masalah-masalah yang ada di dunia kita pada saat ini?[1]
Jawaban: Pertama-tama, perlu diketahui bahwa Ta’sis, Ishlah, dan Ta’mir yang dengan kata lain dapat disebut sebagai “membangun dan memperbaiki” jika disandingkan dengan “merusak” adalah pekerjaan yang berkali-kali lipat lebih sulit. Misalnya salat, untuk mendirikannya dengan cara yang benar kita harus menunaikannya sesuai dengan seluruh rukun dan syaratnya. Jika salah satu saja rukun dan syarat tadi tidak terpenuhi, maka salat tersebut menjadi tidak sah. Tanpa adanya wudu ataupun tanpa melakukan takbiratul ihram, atau tanpa menghadap ke arah Kiblat, walaupun seluruh rukun dan syarat tersebut terpenuhi, salat tersebut tetap saja tidak sah. Bahkan supaya salat diterima di sisi Allah, agar salat bermanfaat bagi seseorang di akhirat dan menjadi temannya di alam kubur nanti, itu semua bergantung pada kekhusyukan dan ketenangan dalam pelaksanannnya, atau bisa disebut juga bergantung pada pelaksanaan “rukun batin”nya salat. Selain kealpaan yang terjadi pada pelaksanaan syarat-syarat lahiriah, kealpaan yang terjadi pada pelaksanaan rukun-rukun batiniah juga akan menyebabkan terhalangnya salat untuk ditunaikan secara benar. Hal ini juga berlaku pada pelaksanaan ibadah-ibadah dan kewajiban ketaatan lainnya.
Membangun dan Memperbaiki
Anda bisa menganalisis proses pendirian dan perbaikan sebuah bangunan dari sudut pandang yang sama. Bayangkan, seorang pakar di bidang seni arsitektur seperti Mimar Sinan (Semoga Allah merahmatinya), membangun Masjid Selimiye selama 6 tahun. Adapun proses perbaikan beberapa kerusakan pada masjid tersebut yang disebabkan oleh tembakan meriam Bulgaria ketika menyerang Edirne membutuhkan sekitar 7-8 tahun lamanya untuk mengembalikannya kepada kondisi aslinya.
Dari logika yang sama, Anda juga bisa memahami besarnya usaha perbaikan pasca terjadinya perusakan pada manusia. Terkadang racun yang terminum bersama minuman dapat memberi pengaruh bahkan sampai pada sel syaraf di otak kita. Ia dapat membuat kita bingung untuk membedakan antara sadar dan tidak. Selain itu, untuk kembali pulih dari kondisi ini kita bisa membutuhkan waktu pengobatan dan terapi yang lama.
Gerakan Akar Rumput
Dalam dua atau tiga abad terakhir, masyarakat kita mengalami kerusakan dan kehancuran yang begitu parah, setiap sendinya seakan-akan telah rusak. Abdulhak Hamid menggambarkan hal ini dalam untaian syairnya sebagai berikut:
“Aduh! Tak tersisa bumi maupun teman,
yang tersisa hanyalah hatiku yang penuh dengan kepedihan.”
Ziya Pasha juga mengatakan;
“Aduh, di dalam permainan ini lagi-lagi kita merugi
Karena kerugian itu sudah jelas di depan mata,
Aku tak tahu apa yang bisa kita dapatkan”
Mehmet Akif juga menggambarkan hal ini dengan kata-kata berikut:
“Aduh! Kita tertipu dengan imannya segelintir orang Kafir;
Kita tertidur pulas hingga terbangun di neraka!
Ya, memperbaiki dan mendirikan kembali sebuah masyarakat yang kehilangan agama, keimanan, serta nilai-nilainya, bergantung pada usaha yang sangat sungguh-sungguh.
Mendirikan dan mengembalikan kembali bangunan yang telah hancur porak-poranda ini kepada wujud aslinya bergantung pada usaha dan kerja keras orang-orang yang siap untuk mengorbankan segala bentuk kenikmatan jiwa, raga, dan kepentingan pribadinya. Sebagaimana disampaikan dalam sebuah syair Arab: بِقَدْرِ الْكَدِّ تُكْتَسَبُ الْمَعَالِيْ “Ketinggian derajat yang diraih tergantung pada takaran kerja keras”,[2]
Jadi, kesuksesan materi dan maknawi, puncak, serta kemenangan hanya dapat dicapai dengan kegigihan dan kerja keras dalam hal ini, serta menggunakan kegigihan ini pada tempat dan arah yang benar. Perlu diingat bahwa dalam hal memperbaiki dan menghidupkan kembali masyarakat, gerakan yang tidak dimulai dari akar rumput tidak akan dapat menjamin masa depan serta tidak akan bertahan lama. Ada banyak gerakan yang hanya kelihatannya saja bagus, namun setelah bergerak tiga langkah ia berhenti di tempat dan kemudian meninggalkan sebuah kekecewaan akibat langkahnya tak pernah terwujudkan. Ya, dalam hal memperbaiki masyarakat, untuk mempersiapkan suasana yang mendukung dan menghindari segala rintangan mungkin perlu dukungan dan inisiatif dari para pemimpin dan pemerintah dalam kadar tertentu. Dengan dukungan mereka, para pejuang kebenaran bisa bergerak lebih cepat dan dalam hal ini mereka layak untuk dihargai. Akan tetapi, pekerjaan perbaikan masyarakat yang sebenarnya adalah dengan memulai gerakan dari akar rumput dan menyebarkannya di sana. Dengan kata lain, sambil mengucapkan “bismillah” pekerjaan ini harus dimulai dari awal; perlu diketahui bahwa perbaikan masyarakat ini harus dimulai dari perbaikan individu. Perlu diingat bahwa selama seluruh elemen yang ada di masyarakat belum diperbaiki, maka perbaikan masyarakat ini mustahil bisa terlaksana.
Para Peng-islah yang Mengabaikan Kenikmatan Materi dan Maknawi Bagi Dirinya Sendiri
Dalam hal ini, supaya bisa mencapai tujuan dari perjalanan yang akan mereka mulai, orang-orang yang bertekad untuk memperbaiki masyarakat perlu bergerak dengan semangat rela berkorban sepanjang umur kehidupannya. Hal itu karena sudah banyak proyek besar yang gagal karena tersandung kepentingan pribadi maupun keluarga. Alih-alih mendapatkan kesuksesan, mereka malah membuat kotor nama baik tujuan suci itu dan mereka pun akhirnya kalah dalam perjalanan menuju kemenangan. Menurut Badiuzzaman, jika politik, pemerintahan, atau organisasi apapun hanya berdiri berdasarkan kepentingan individu ataupun kelompok tertentu, pasti di dalamnya terdapat kebrutalan.[3] Dalam keadaan ini, semua orang saling menjatuhkan satu sama lainnya. Ya, ketika sebuah pekerjaan hanya didasarkan pada sebuah kepentingan, semua orang akan mulai saling berselisih. Alhasil tidak akan ada sedikitpun kemajuan atas nama masyarakat yang berhasil dicapai. Akibatnya, ketika semua orang sudah maju Anda akan tetap di tempat dan tidak bisa keluar dari bayang-bayang kekuatan mereka. Maka jalan keluarnya adalah tak berharap pamrih berupa apapun selain rida Allah dan bekerja tanpa kenal henti seumur hidup demi kepentingan bangsa dan negara.
Orang-orang yang hidup untuk menghidupkan orang lain, harus bergerak aktif memperjuangkan proyek-proyek dan rencana-rencana besar, bahkan mereka juga harus memiliki rencana dan proyek untuk generasi hingga 100 tahun ke depan. Karena Allah telah memberikan kemampuan luar biasa kepada manusia, maka ia harus dapat menggunakan kemampuan ini dengan sebaik-baiknya. Ia tidak boleh membatasi kemampuan dengan mengurung dirinya dalam ruang terbatas. Selain itu, ia juga tidak boleh mengatakan “ini sudah cukup bagi saya” terkait pekerjaan dan aktivitas di jalan kebenaran yang ia lakukan. Dalam setiap kesempatan ia hendaknya selalu mencari cara lain untuk membuka jalan kebenaran ini ke seluruh dunia.
Namun, jangan salah paham. Pemikiran membuka jalan di sini tidak ada hubungannya dengan membangun sebuah kerajaan dengan cara menghancurkan kerajaan lainnya. Sebaliknya, niat utama dalam pembukaan jalan di sini adalah justru untuk mengambil sisi-sisi positif dari berbagai bangsa dunia, serta menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan yang kita coba untuk representasikan dengan cara membangun keakraban dan hubungan erat antar bangsa yang berbeda-beda tersebut. Karena kita tahu bahwa di dalam tatanan dunia yang semakin menyempit dan mengglobal ini kalau kita tidak berhasil membangun hubungan bertetangga antar bangsa yang baik maka dunia akan berubah menjadi seperti neraka. Dunia akan terperangkap di dalam kebrutalan. Sementara itu, kekuasaan orang-orang zalim yang mempertahankan kekuasaannya dengan cara menjalankan proyek yang membunuh dan mengadu domba anak manusia akan terus berlanjut. Tapi perlu diingat bahwa dunia yang sudah tua ini tidak mampu menanggung kebencian dan permusuhan yang kemudian berujung pada diciptakannya senjata-senjata pemusnah masal. Tanpa membangun jembatan cinta, toleransi, dan dialog yang merupakan sarana menghindari permusuhan, maka kejadian-kejadian yang menakutkan serta kehancuran atas umat manusia takkan mungkin terhindarkan.
Atas dasar ini, kita harus memilih usaha memperbaiki masyarakat, membangun persaudaraan, serta memiliki prinsip hidup untuk menghidupkan orang lain. Di dalam jalan ini, bahkan jika terpaksa harus berhadapan dengan ancaman kematian sekalipun, kita harus menghadapinya dengan tawakal. Kita harus mampu menghadapi masalah-masalah yang kelihatannya buruk ini dengan senyuman. Demi menyelamatkan kemanusiaan, jika diperlukan kita bahkan harus mampu meninggalkan kelezatan duniawi. Selain itu, kita juga tidak boleh mengorbankan nikmat-nikmat yang Allah janjikan kepada kita hanya untuk mendapatkan hal-hal yang berbau duniawi. Karena orang-orang yang harusnya mengabdikan diri untuk menghidupkan kembali dunia yang luas ini apabila mereka bergerak untuk kepentingan pribadinya maka gerakan tersebut akan menjadi hal buruk yang tidak sesuai dengan nilai kemanusiaan. Dapat dikatakan bahwa demi tujuan ini, bahkan sibuk mengejar surga sekalipun dapat kita anggap sebagai sebuah hal yang tak pantas. Kita harus menanamkan perasaan ini kepada generasi muda dengan berbagai cara. Karena orang-orang yang akan mengubah dunia adalah orang-orang teladan yang mampu merepresentasikan rasa dan pemikiran tersebut.
Kunci rahasia untuk membuka hati: Cinta
Keprihatinan juga merupakan salah satu unsur yang penting dalam merealisasikan proyek perbaikan masyarakat. Orang yang memiliki sikap ini, dengan izin Allah, tidak akan mengalami kegagalan dalam mendapatkan hal-hal yang diharapkan dalam usahanya memperbaiki masyarakat. Dalam pandangan ini, mari kita semua meminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar diberi rasa peduli.. rasa peduli atas nasib umat.. rasa peduli atas dunia Islam yang sedang porak poranda..“Ya Allah, berikanlah ke dalam hati kami rasa kepedulian yang membara!” begitulah sepatutnya kita berdoa. Saat sedang duduk, bangun, tidur, berjalan, dan di setiap keadaan lainnya, kita harus selalu berpikir tentang segala permasalahan kemanusiaan dan kita harus selalu mencari solusi atasnya.
Walaupun agama kita berdiri di atas prinsip kemudahan[4], tetapi tugas para arsitek pemikiran dalam hal ini sangatlah berat. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh seorang penyair Turki yang terkenal, (para arsitek pemikiran ini) harus memiliki performa layaknya orang yang mengerahkan segenap tenaganya hingga mencapai ambang batas kemampuannya. Karena ada banyak orang yang melihat dan mendengar mereka serta mendapatkan pengaruh dari mereka. Karena itu, mereka harus lebih banyak berpikir untuk menghidupkan orang lain daripada memikirkan kehidupan dirinya sendiri. Mereka juga harus mendirikan pemikiran dan kehidupan mereka berdasarkan prinsip ideal ini. Dalam hal ini, target harus selalu tinggi. Masalah ini harus dianggap sebagai masalah seluruh umat manusia. Di dalam dunia yang semakin mengglobal ini, jika kita tidak mampu menjadikan pemikiran ini ada di semua tempat, maka ia bahkan tidak akan bertahan di tempat yang kita inginkan. Apabila demikian maka kita tidak akan mampu merealisasikan perbaikan masyarakat. Bahkan Anda akan mendapatkan halangan di tempat yang seharusnya anda berada di sana. Karena itu, bangsa kita harus bergerak seakan-akan kita adalah sebuah bangsa global.
Ketika melakukan ini, kita tidak boleh terpisah dari sikap kelembutan dan kesantunan. Sudah seharusnya kita masuk ke dalam hati orang-orang dengan bahasa cinta. Karena bahasa cinta itu adalah sebuah kunci penuh misteri yang mana tidak ada satupun tempat terkunci yang tak dapat dibuka dengannya. Jika Anda bisa menggunakan bahasa ini dengan benar, maka semua pintu pasti akan terbuka. Anda pun akan bisa masuk ke dalam hati orang-orang sekeras apapun hati mereka. Sebagaimana yang disampaikan dalam peribahasa Turki: “Kata-kata yang manis, bahkan mampu mengeluarkan ular dari sarangnya”. Sebagaimana seseorang yang mampu memainkan ular kobra dengan cara meniupkan seruling, maka saya kira sikap-sikap rohani pun akan menghilangkan sebagian perasaan permusuhan. Sebagaimana juga disampaikan di dalam al-Quran, bahkan orang-orang yang Anda kira merupakan musuh pun akan mulai membuka hatinya kepada Anda[5]. Mereka pun akan mengatakan “Kami juga menunggu Anda”.
Nikmat yang telah Allah beri adalah Referensi Paling Terpercaya atas Apa yang akan Dia Berikan
Walaupun generasi saat ini kurang begitu sadar akan masalah ini, perbaikan yang akan dilakukan oleh orang-orang beriman ini di waktu yang sama merupakan perbaikan bagi seluruh dunia. Sebagaimana 30 tahun yang lalu juga, orang-orang pada masa itu tidak bisa memahami bagaimana para relawan penebar cinta (relawan hizmet) yang bertebaran di berbagai belahan dunia itu pada suatu hari nanti bisa menjadi orang-orang yang ucapan-ucapannya didengar oleh dunia. Akan tetapi, pada hari ini orang-orang yang jujur telah bertepuk tangan dan memberikan apresiasi pada pengabdian kawan-kawan yang menyebar di hampir 170 negara dan bertugas di sana layaknya seorang duta besar. Karena itu, apa yang akan terjadi pada 25-30 tahun ke depan pun bisa jadi tidak terlihat pada saat ini. Jika kesucian dan ketulusan sebagaimana yang ada pada masa permulaan ini dapat dijaga, serta jiwa tanpa pamrih dan dedikasi untuk mengabdi dapat dipertahankan, maka akan terjadi sebuah kebangkitan baru di berbagai belahan dunia.
Tidak boleh dilupakan bahwa berbagai keberhasilan dan sebagian bentuk pengabdian yang telah Allah anugerahkan kepada berbagai tokoh di masa lalu merupakan referensi paling terpercaya jika Allah akan memberikan keberhasilan dan kesempatan berkhidmah lagi pada generasi di masa yang akan datang. Sesuatu yang telah terjadi pada hari kemarin tidak mustahil untuk bisa terulang kembali pada hari ini. Yang terpenting adalah kita harus bisa menunjukkan performa yang mirip dengan performa yang telah ditunjukkan oleh para sahabat Nabi, kita harus menunjukkan level yang sama; tanpa pernah pudar, tanpa pernah bosan, kita harus selalu tetap aktif, harus selalu membuat proyek-proyek, dan harus memanfaatkan segenap potensi yang ada untuk merealisasikan proyek-proyek ini.
[1] Diterjemahkan dari artikel: https://fgulen.com/tr/eserleri/kirik-testi/asirlardir-tahribe-ugramis-kalenin-tamiri/
[2] Al Munawi, Faidhul Kabir, 4/505
[3] Lengkapnya bisa dibaca di Al Kalimat halaman 770
[4] Baca HR Bukhârî, îmân 29; Nasâî, îmân 28
[5] وَلَا تَسْتَوِى ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ ۚ ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ artinya: Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (QS al Fusshilat 41:34)
- Dibuat oleh